Neno Warisman saat ini menjadi pemimpin kelompok masyarakat yang punya pilihan politik 2019GantiPresiden. Ia bukan timses, bukan juga pengurus atau anggota partai tertentu. Gerakannya adalah gerakan moral. Bukan gerakan politik partisan dan sektarian.
Bagi Neno dan para pendukungnya meyakini bahwa untuk menyelamatkan Indonesia satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah ganti Jokowi di 2019. Tak ada cara lain. Karena itu, mereka menggelar gerakan 2019GantiPresiden di berbagai kota. Melanggar hukumkah? Ternyata tidak.
Gerakan 2019GantiPresiden yang dikomandoi Neno Warisman mendapat tantangan dari sejumlah pihak yang diduga sebagai para pendukung Jokowi. Dimanapun deklarasi Ganti Presiden diadakan, akan diburu dan digagalkan. Bahkan kadang terjadi bentrokan seperti di Surabaya kemarin (26/8).
Baca Juga:Buruh Keluhkan Kartu NISNFaber-Castell Bakal Gelar Event Akbar
Neno Warisman nampaknya tak surut langkah. Begitu juga kelompok yang diduga para pendukung Jokowi. Apakah Jokowi mengetahui ulah sekelompok orang yang diduga pendukungnya itu melakukan demo dan penghadangan Neno? Yang jelas, belum ada statement Jokowi menghimbau mereka untuk menghentikan penghadangan.
Yang pernah disampaikan Jokowi kepada para pendukungnya saat acara di Sentul adalah “jangan berkelahi. Tapi jika diajak berkelahi, lawan dan jangan lari”. Kurang lebih seperti itu kesimpulan dari pesan pidato Jokowi.
Faktanya, pendukung Neno Warisman dan kelompok yang diduga suruhan itu seringkai berhadapan secara fisik. Sampai kapan? Bergantung sikap aparat. Netral, maka akan segera selesai. Berpihak, kegaduhan akan terus berlanjut.
Rakyat dari semua lapisan tentu berharap aparat menjalankan tugasnya sebagai alat negara untuk menjaga keamanan dan kedamaian. Bersikap netral dan adil kepada semua anak bangsa.
Lalu, siapakah yang akan memenangkan pertarungan antara Neno Warisman vs Jokowi di 2019 nanti? Jika tragedi Batam, Pekan Baru Riau, Kalimantan Barat dan Surabaya terus terulang di wilayah lain, maka potensi Neno Warisman memenangkan pertarungan ini akan semakin besar. Jokowi akan jatuh martabat dan elektabilitasnya di mata rakyat. Tak menutup kemungkinan akan ada gerakan massal melawan tindakan represif dan otoritarianisme. Dan perlawanan itu ada di TPS-TPS.
Kalau Jokowi kalah dalam pilpres, maka Neno yang akan menjadi pemenangnya. Siapa yang akan menikmati kemenangan itu? Boleh jadi bukan Neno dan para pendukungnya. Rakyat Indonesiakah? Atau malah sekelompok oligarki baru? Kita tunggu 2019.(*)