PURWAKARTA-Pengrajin sapu ijuk di Kabupaten Purwakarta mengalami kelesuan pembeli. Pdahal harga sp[u ijuk itu cukup murah, hanya Rp 70.000/kodi, yang di produksi secara home industeri.
Selain itu, wadah organisasi yang menghimpun pengrajin sapu ijuk, juga menjadi salah satu penyebab sepinya orderan/pesanan. Dimana hsil produksi pengrajin tidak ada yang mengelola marketnya. Pengrajin umumnya hanya menjual secara konvensional.
Seperti halnya yang diungkapkan Salim, salah seorang pengrajin sapu ijuk asal Kp.Sukaresmi Rt 13/07 Desa Sindang Panon Kecamatan Bojong- Purwakarta, yang menyatakan bertambahnya jumlah pengrajin yang kini sudah mencapai belasan orang, yang membuka usaha rumahan sejenis, membuat harga jual sapu ijuk yang diproduksi mereka harganya terus turun.
Baca Juga:Anggota DPR-RI Apresiasi Germas di PurwakartaMaknai Tahun Baru Islam lewat Lukisan
“Kini kami hanya menjual harga sapu perkodi Rp.70.000,” terang Salim, yang mengaku lebih dari 20 tahun, membuka usaha sapu ijuk di rumahnya dengan mempekerjakan enam orang pekerja.
Diungkapkannya, selain proses pemasaran, akibat banyaknya pengrajin, tanpa ada organisasi yang mewadahinya, berbuntut saling banting harga jual di pasaran.
“Dulu sebelum ramai yang menjadi pengrajin, pembeli datang langsung ke sentra produksi disini. Kini tak ada lagi,” lanjut Salim.
Mengenai ketersediaan bahan baku, berupa pohon aren dan permodalan, Salim mengaku tak menjadi kendala berarti. Hanya saja dia berharap, ada smacam wadah apapun jenisnya yang mengatur dan menyalurkan hasil produksi mereka.
“Kalau ada Bumdes, yang bergerak khusus dibidang kerjainan rakyat, seperti sapu ijuk yang kita produksi, mungkin cukup efektif,” imbuhnya.
Salim mengaku,selama dia menjadi pengrajin, bantuan keuangan dari Pemerintah, belum pernah dia terima. Kalaupun ada, dia tak pernah turut ambil bagian.
“Gak tahu, kalau pengrajin lain, disini ada cukup banyak pengrajin,” tuturnya.
Baca Juga:Polres Tingkatkan Status Kasus LimbahTahun Baru Islam Jadi Momentum Evaluasi Diri
Saat ini dengan lesunya pesanan, dia hanya memproduksi sedikit dan tidak langsung menjual ke pasar, karena tak langsung di bayar oleh pedagang pasar, dengan alasan barang masih menumpuk.
Diapun berharap Pemdes setempat, memperhatikan Prudes ini, melalui BUMDEs yang dikelola oleh desa, agar ada geliat penjualan hasil produksi sapu ijuk.(dyt/dan)