“Sekarang sangat jarang sekali para orang tua mengajarkan pendidikan aplikatif di rumah. Mereka lebih berorientasi mencari guru les. Sementara, aspek keterampilan kurang diajarkan,” katanya mengawali paparan.
Atas dasar itu, Dedi berpandangan bahwa kekosongan peran tersebut harus diambil alih oleh pihak sekolah. Sehingga, pendidikan di sekolah berhasil membentuk watak dan kreativitas para pelajar. Ikhtiar ini diyakininya akan menghasilkan output pendidikan yang unggul.
“Saat selesai acara Pembukaan Asian Games 2018, kita melihat orang Jepang memungut puntung rokok. Itu karakter, anak-anak kita harus begitu, ada kepedulian terhadap lingkungan,” ujarnya.
Baca Juga:BPJSTK Sasar Pekerja InformalDisdamkar PB Waspadai Kebakaran Hutan
Dedi menegaskan kerumitan teori dalam pendidikan, tidak akan melahirkan apapun. Sebaliknya, pola pendidikan sederhana dengan melakukan fokus pada peningkatan skill pelajar lebih dibutuhkan.
“Pendidikan harus sederhana, gak boleh rumit. Anak-anak belajar menenun, memasak dan mencuci, itu pendidikan. Kemudian, aplikasi dari pelajaran itu lebih dibutuhkan dibanding pendalaman teori,” katanya.(mas/dan)