SUBANG-Harga obat-obatan melonjak dipicu kenaikan dolar. Terutama untuk jenis obat-obatan berbahan impor. Meski demikian, warga terpaksa tetap membelinya.
Warga Desa Cipaku Kecamatan Cibogo Hamim Fardah (37) mengatakan, dirinya kaget ketika membeli obat di Pujasera harganya naik dibandingkan sebelumnya. Kenaikan harga terasa setelah kenaikan dolar. “Beli obat maag yang bagus dulu cuma Rp30 ribu sekarang jadi Rp36 ribu. Memang sih obat dari luar negeri tapi lumayan naiknya,” tuturnya.
Penjaga toko obat di Pujasera Halimah mengatakan, pascakenaikan dolar memang harga obat-obatan ikut mengalami kenaikan. Terutama obat-obatan yang berbahan impor. “Mulai dari obat sakit kepala, obat sakit maag, dan lainnya. Sampai sekarang kenaikan obat mencapai 20 persen,” ungkapnya.
Baca Juga:Regent Sukses Hibur Petani PanturaMak Engkat Gangguan Mental sejak Anaknya Meninggal
Halimah mengakui, kenaikan harga obat itu dikeluhkan konsumennya. Namun memang tetap saja dibeli. Dirinya berharap harga obat bisa kembali normal. “Kalau kata marketing obat-obatan (pemasok) karena bahan bakunya untuk obat mayoritas dari bahan impor. Jadi ketika dolar naik harga obat jadi naik,” tutur Halimah.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan dr Ade Rusiyana mengatakan, pihaknya tidak hanya menghadapi masalah obat yang mahal. Tapi terkendala akibat tunggakan BPJS. Berimbas juga ke Puskemas-Puskemas sangat berpengaruh. Meski demikian, pelayanan harus tetap berjalan.
Menurutnya, pengklaiman dana BPJS biasanya dibagi dua, yaitu 70 persen untuk jasa tenaga kesehatan dan 30 persennya untuk operasional. Akibat keterlambatan pencairan, pihaknya menyiasatinya dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Puskemas (BOP) dan Biaya Operasional Kesehatan (BOK). “Kalau obat-obatan masih tetap tersedia karena memakai dana BOP dan BOK. Hanya saja jasa tenaga kesehatannya tergganggu,” tutur Ade.
Ia berharap tenaga kesehatan tetap bersabar menunggu klaim dana BPJS bisa segara dibayar. “Memang ada keluhan dari tenaga medis, kami harap agar bersabar dulu,” tutupnya.(ygo/man)