Hidup nenek tua, Mak Engkat warga Kampung Cicariu RT 15 RW 04 Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak sungguh memprihatinkan. Ia hidup seorang diri di rumah bilik yang sudah rusak. Bagaimana ia bisa bertahan hidup?
YUSUF SUPARMAN, Subang
SELAIN kondisi rumahnya yang rusak, di dalam rumahnya pun nampak berantakan. Seisi rumah dipenuhi tumpukan sampah. Sampah tersebut hasil ia punguti untuk dijual demi menyambung hidup.
Pasundan Ekspres, Sabtu (15/9) meninjau langsung kondisi rumah Mak Engkat. Rumahnya memang tidak layak huni. Sudah seharusnya diperbaiki.
Baca Juga:Cari Resep Yang MahalSantri Harus Miliki Jiwa Usaha
“Kami sebagai tetangga kasihan melihat kondisi Mak Engkat saat ini, rumahnya yang sudah rusak tidak lagi layak ditinggali,” ungkap Iska Rosmala, warga sekitar.
Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Ma Engkat mengambil sampah untuk dijual. Saat masih muda Mak Engkat bekerja di pabrik teh. “Untuk makan sehari-hari kadang dari pemberian warga,” ujarnya.
Menurutnya, semenjak anaknya meninggal, kondisi kejiwaan Mak Engkat sedikit terganggu. Nenek tua itu sulit diajak komunikasi.
“Kasihan memang setelah anaknya meninggal sekitar lima tahun lalu, mentalnya seperti terganggu, sulit diajak ngobrol,” katanya.
Warga Bunihayu, Aif Irman mengaku heran masih ada warga tidak mampu yang belum terpehatikan oleh pemerintah. Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan warga yang benar-benar tidak mampu.
“Sudah semestinya warga yang tidak mampu seperti Mak Engkat ini mendapat bantuan dari pemerintah. Melihat kondisi rumahnya yang rusak seperti ini, harusnya ini dapat bantuan,” ungkap Aif.
Anggota LSM Kujang ini mengatakan, tengah melakukan penggalangan dana untuk memperbaiki rumah Ma Engkat. “Kami akan cari donator yang peduli dengan kondisi Mak Engkat ini,” ujarnya.
LSM Kujang sendiri telah bergerak memberikan bantuan berupa material bangunan, Minggu (16/9). Perbaikan rumah akan dilakukan setelah bahan material lengkap.
Sementara Kepala Dinas Sosial Rahmat Effendi menyarankan agar pihak keluarga menitipkan Ma Engkat ke panti sosial milik pemerintah. Selain itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak desa.
“Sebaiknya dititipkan di Panti Sosial, itu pun kalau yang bersangkutan bersedia atau keluarganya. Kita akan cek apakah sudah masuk data base atau belum,” ujar Rahmat,” tuturnya.