LEMBANG-Dampak kemarau panjang mulai dirasakan masyarakat Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Warga terdampak kebanyakan merupakan bermata pencaharian sebagai petani. Warga terpaksa harus membagi air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian.
Sumur-sumur warga di pegunungan mengering. Satu-satunya sumber pasokan air dari Badan Pengelola Air Bersih (BPAB) yang dikelola desa pun tidak mengalir lancar. Untuk kebutuhan sehari-hari, warga terpaksa memanfaatkan kolam tadah hujan yang nampak kotor atau meminta ke warga lainnya yang masih tersedia sumber air.
“Sudah lima hari air tidak mengalir. Jika ada warga yang punya mesin pompa, bisa mengambilnya ke sungai, tapi jaraknya sangat jauh,” ungkap Iwan Dana, 55, seorang warga Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Minggu (16/9).
Baca Juga:PNS Sumbang Rp107 Juta dan Satu Truk PakaianWarga Lembang Bersih-bersih secara Serentak
Karena kurangnya pasokan air, lanjut dia, sejumlah tanaman yang membutuhkan banyak air seperti sawi, buncis, kapri, burkoli dan burkol milik ratusan petani menjadi mati. Menurut Iwan, tanaman yang mati itu mencapai puluhan hektare dan rata-rata baru berumur 15 hari harian.
“Sewaktu-waktu, dampak musim kemarau ini bakal menyebabkan harga pertanian menjadi naik,” bebernya.
Dia menyatakan, dampak musim kemarau juga menyebabkan sejumlah warga berselisih karena berebut air untuk pengairan pertanian. Menyiasati kelangkaan air, sejumlah warga ada yang membuat sumur baru hingga sedalam 30 meter.
“Mudah-mudahan, kemarau tidak berlangsung lama agar tanaman lainnya tidak mati dan kami tidak mengalami kerugian yang lebih besar,” tuturnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menyebutkan, prakiraan puncak musim kemarau akan terjadi pada pertengahan bulan Oktober 2018. Sehingga, awal musim hujan di wilayah Jawa Barat diprediksi dimulai pada akhir Oktober dan akan berlangsung hingga bulan Mei 2019.(eko/din)