Saya tidak langsung membacanya. Itu benda penting. Yang tidak boleh dibaca di tengah sibuk sana-sini. Tiga hari berikutnya saya masih banyak acara. Bahkan masih harus mengemudi ke Austin segala.
Buku itu akan jadi agenda utama: dalam penerbangan jarak jauh.
Dan saya betul-betul menikmatinya. Sambil merasa kalah telak. Tulisan panjang saya tentang Rosma Mansor tidak ada sesendok tehnya.
Begitu detil buku ini: bagaimana pesta-pesta orang kaya. Di hotel, nite club, di atas kapal mewah, di pesawat jet. Bagaimana mengundang artis Paris Hilton. Dengan cara mengiriminya pesawat khusus.
Bagaimana mendatangkan 20 Playmates. Bagaimana kalah judi miliaran rupiah dalam sekejap.
Baca Juga:Pemkab KBB Layangkan Surat ke Apindo soal Kepastian Pembentukan Asosiasi SektoralUnpas Bantu Pemasaran Produk Pengrajin Lembang
Untung saya sudah menonton film Crazy Rich Asians. Saat di Hays, Kansas. Yang saya tidak suka mutu filmnya. Tapi harus menontonnya: agar tahu mengapa banyak orang menontonnya.
Kemewahan di film itu tidak ada artinya. Dibanding yang digambarkan buku ini. Yang artis dibelikan Ferrari putih. Yang dibelikan jam berlian. Yang diberi koin untuk judi. Yang nilainya puluhan juta rupiah sekali lempar. Termasuk kepada yang baru kali itu melihat meja judi. Tidak tahu bagaimana menggunakan chip itu.
Jho Low memang keajaiban dunia. Orang tuanya pengusaha. Di Penang, Malaysia. Yang benar-benar mendesain anaknya untuk sukses. Caranya: sekolahkan ke sekolah anak-anak orang kaya dunia.
Karena itu harus sekolah di negara maju. Hanya satu tahun Jho Low sekolah di SMA elit di Penang. Lalu dipindahkan ke SMA elit di London. Di situ ketemu anak Rosma. Anak tiri Najib.
Dari London pindah ke Amerika. Kuliahnya di Wharton. Tempat Presiden Trump kuliah. Di sini berteman dengan anak-anak keluarga kerajaan. Dari negara-negara Arab. Itulah jaringan awal Jho Low.
Umur 22 tahun ia sudah mengatur pertemuan tingkat pangeran di Emirat Arab. Sudah bisa menyimpulkan: bisa memanfaatkan sistem ekonomi Islam. Untuk dapat uang dari bisnis di Malaysia. Yang juga negara Islam. Dengan memanfaatkan sistem mudabalah.
Umur 26 tahun sudah bisa menggalang dana mudabalah itu. Untuk proyek kota baru Iskandar City di Johor Baru. Umur 28 sudah dapat kucuran dana Rp14 triliun. Dari 1MDB Malaysia. Tanpa prosedur.