Sekolah Diminta Intensifkan Ekstrakulikuler
SUBANG-Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Subang mencatat hingga tahun 2017 ada 142 orang lelaki suka lelaki/LSL atau gay. Angka tersebut terus bertambah dari tahun sebelumnya. Data hasil pemetaan KPA tahun 2012 jumlah komunitas LSL sebanyak 70 orang.
Pengelola Program Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Subang, Nurbayanti mengatakan, data tersebut yang terjangkau di beberapa titik yang tersebar di Subang.
“Namun hal ini berbeda dengan jumlah estimasi nasional yang mencapai hampir 1000 orang,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres, Rabu (10/10).
Perbedaan data tersebut dikarenakan sejumlah faktor yang melatarbelakangi. Antara lain mobilitas LSL, dimungkinkan masih ada LSL yang menutup diri tidak terbuka bahwa mereka memiliki orientasi seksual menyimpang sehingga tidak terdata pada saat proses pemetaan.
Baca Juga:Cabang Olahraga Billiard Rebut 1 Emas di Porda Jabar XIIICaleg Boleh Kampanye di Medsos
Dia mengatakan, dari jumlah LSL yang terdata di KPA sebanyak 142 orang tersebut berada di usia produktif antara 14 hingga 40 tahun. Di antara jumlah tersebut ada pelajar di dalamnya.
“Mari berpegang tangan satukan tekad untuk bisa mencegah, karena kalau sudah terlanjur akan sulit,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, LSL umumnya berkelompok tapi tidak terorganisir dalam sebuah kelompok resmi.
“Tetapi yang saya tahu tujuan mereka berkelompok untuk berbagi informasi tentang kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya. Bukan untuk sesuatu hal ‘negatif’,” jelasnya.
KPA mengakui, dari sekian kelompok LSL tersebut banyak juga yang menjadi relawan peduli HIV AIDS. Bahkan banyak membantu teman-teman sesama komunitas LSL yang mengidap HIV untuk dapat mengakses layanan kesehatan.”Artinya mereka berkembang untuk saling bertukar dan berbagi informasi untuk hal-hal yang bersifat membangun,” jelasnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi LSL. Antara lain karena kecenderungan adanya orientasi seksual menyimpang yang disadari atau tidak terjadi sejak usia anak-anak, pergaulan, faktor ekonomi, hingga pernah menjadi korban kejahatan seksual oleh orang-orang terdekat.
“Berdasarkan hasil wawancara mendalam, mereka ingin hidup denga orientasi seksual yang normal dan memiliki keluarga seperti lelaki sejati lainnya. Tetapi dibutuhkan tekad yang sangat kuat untuk tidak bergabung atau memutus kontak dengan anggota kelompok LSL lainnya sebab jika masih berkumpul akan sulit utk berubah,” paparnya.