Peran KPA menyikapi fenomena tersebut antara lain melakukan upaya pembinaan terhadap komunitas LSL agar tidak melakukan perilaku berisiko yang bisa menyebabkan tertular ataupun menularkan HIV, berkoordinasi dengan seluruh anggota KPA (Dinas/instansi/lembaga/organisasi) yang masuk ke dalam keanggotaan KPA utk memaksimalkan kegiatan dari sisi pencegahan, penanggulangan dan pengurangan dampak buruk.
“Dari sisi pencegahan memberikan edukasi kepada masyarakat usia produktif, siswa-siswi sekolah menengah tentang informasi HIV AIDS, IMS kesehatan reproduksi sehingga bisa meminimalisir bertambahnya jumlah orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang,” katanya.
Selain itu, kata dia perlu memperkuat tugas pokok fungsi tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan melalui pendekatan dari sisi keagamaan, psikologis maupun sosial kemasyarakatan. Sehingga kalau ada orang dengan penyimpangan seksual mereka tidak dikucilkan.
“Harapan kami di KPA mereka bisa merubah orientasi seksualnya dari menyimpang menjadi tidak menyimpang tetapi memang dibutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat antara pemerintah dan masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga:Cabang Olahraga Billiard Rebut 1 Emas di Porda Jabar XIIICaleg Boleh Kampanye di Medsos
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Subang mengaku prihatin dengan jumlah LSL sebanyak 142 orang di Subang.
“Data itu bagi masyarakat awam tentu mengagetkan. Kalau benar data itu, tentu sangat memprihatinkan,” ungkap Sekretaris PDM Subang, Suhaerudin.
Dia mengatakan, dari sisi agama perbuatan tersebut merupakan dosa besar. “Dari sisi ajaran agama itu adalah perbuatan dosa besar,” ujarnya.
Dia mengatakan, untuk pencegahan agar tidak semakin banyak yang masuk dalam komunitas tersebut tentu faktor agama dan keluarga adalah bentengnya.
“Lembaga pendidikan juga harus jadi solusi. Yang terjadi sekarang lembaga pendidikan seolah tidak menyentuh aspek karakter yang ideal. Kadang mereka sibuk menjadikan lulusannya menjadi robot yang siap untuk mengisi pasar kerja saja,” jelasnya.
Ditinjau dari aspek masyarakat, kata dia, ada pergesaran pergeseran budaya. Sebagian masyarakat sudah bergeser ke masyarakat individualis. Sehingga mereka acuh tak acuh kalau di tengah masyarakat ada kemaksiatan.”Ada semacam anggapan asal bukan aku mengapa ngurusin orang lain,” ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini semacam kehilangan pigur panutan yang menjadi contoh bagi masyarakat di jalan yang benar.”Saat ini di masyarakat mereka menjadikan tontonan jadi tuntunan,” pungkasnya.