KARAWANG-Sudah lima tahun lamanya, Suryati (62), jompo miskin asal Dusun Kebon ll RT 01 RW 02 Desa Tegalsari, Kecamatan Cilamaya Wetan, berjuang melawan tumor ganas yang tumbuh di pipi kanannya.
Nenek tiga anak ini hanya bisa pasrah. Seraya menahan rasa sakit dari tumor yang kini sudah tumbuh sebesar bola kasti di pipi tuanya yang mulai keriput.
Anak sulung Suryati, Neneng Sri Hastuti mengatakan, derita ibunya menahan ganasnya tumor di mulai sejak akhir Idul Fitri tahun lalu. Tumor yang awalnya kecil terus bertumbuh hingga jadi sebesar ini.
Baca Juga:Terima Keluhan Notaris, DPRD segera Panggil BapendaKampanye di Sekolah Tetap Dilarang
Bahkan, kata Neneng, tumor di pipi nek Suryati sampai pecah dan mengekuarkan nanah yang berbau busuk. Pihak keluarga hanya bisa melakukan tindakan dengan menutup luka nek Suryati dengan tisu berbalut minyak telon.
Dijelaskan, ibunya sudah ditangani secara medis oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang. Namun, tak berlanjut karena keterbatasan biaya.
“Kata dokter di RSUD, ibu harusnya di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Tapi mau gimana, keluarga tak ada yang punya uang untuk membawa ibu ke Bandung dan biaya hidup selama disana,” ungkap Neneng, Jumat (12/10).
Menurutnya, ibunya sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan di RSUD Karawang. Atas upaya Pemerintah Desa Tegalsari yang dibantu PSM. Namun, beberapa kali cek up disana, tak ada perubahan signifikan pada tumor Suryati.
“Dokter menyarankan untuk operasi di RSHS Bandung. Biaya dari BPJS. Tapi kan ke sana perlu biaya. Belum lagi keluarga disini juga sedang banyak masalah,” katanya.
Selain biaya, Neneng yang memiliki tiga orang anak mengaku tak bisa meninggalkan anak-anaknya ke Bandung. Sementara, sang kaka sedang bekerja di Bekasi.
“Kami minta solusi dari pemerintah untuk kesembuhan ibu. Karena kami keluarga miskin, sudah tak bisa berbuat banyak,” katanya.
Baca Juga:Umbara Masih Bingung Pilih SekdaNew Nissan Miliki Empat Varian Baru
Dikatakan juga, hampir setiap malam Suryati merintih kesakitan. Pasalnya, sudah satu pekan obat pereda nyeri yang diberikan RSUD Karawang sudah habis.
“Kasian ibu setiap hari menangis menahan nyeri. Obat dari RSUD sudah habis. Kami sangat butuh uluran tangan dermawan, untuk bawa ibu berobat ke Bandung,” pungkasnya. (use/din)