Oleh : M. Epih Sumaryadi, S.Pd.,M.Pd.
Kepala SMPN 4 Kalijati Subang
HARAPAN masyarakat akan munculnya kabupaten Subang sebagai “jawara” dalam berbagai even kejuaraan olahraga yang digelar secara nasional maupun tingkat provinsi nampaknya masih jauh dari kenyataan. Jalan panjang dan berliku rupanya masih harus dilalui oleh para atlet yang memiliki semangat juang tinggi. Hal tersebut setidaknya tercermin dari hasil perolehan medali Pekan Olahraga Daerah (Porda) 2018 yang baru saja digelar. Kabupaten Subang harus puas menempati urutan ke – 21 dengan perolehan 5 medali emas, 8 perak dan 13 perunggu. Hasil yang kurang menggembiarakan ini pun pada akhirnya menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi para atlet, pelatih maupun pembina olahraga yang selama ini telah berjuang keras untuk mengharumkan Subang di Tatar Sunda.
Jika kita telusuri lebih jauh, potret buram dunia olahraga di kabupaten Subang sebagaimana kita saksikan hari ini bukanlah hal yang mengherankan. Minimnya pembinaan para atlet menjadi faktor utama yang cukup menghambat upaya untuk mengukir prestasi di bidang olahraga. Adapun kurangnya dukungan (dana) dari pemerintah daerah menjadi permasalahan tersendiri bagi para atlet, pelatih maupun klub dimana mereka bernaung untuk melakukan pembinaan rutin dalam rangka mepersiapkan berbagai kejuaraan. Minimnya dukungan dana tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses pembinaan terutama yang berkaitan dengan peralatan yang dibutuhkan maupun untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti honor pelatih serta kebutuhan para atlet. Sementara KONI daerah yang sejatinya berperan sebagai wadah yang memperjuangkan kepentingan para atlet demi kemajuan dunia olahraga pun nampaknya belum mampu berbuat banyak. Kehadiran KONI daerah masih terkesan formalitas tanpa disertai dengan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh para atlet maupun induk cabang olahraga.
Kondisi dunia olahraga di daerah seperti yang dijelaskan oleh penulis di atas pada akhirnya mendatangkan konsekuensi yang tidak sederhana. Dalam Porda 2018 yang baru saja usai, penulis sendiri sebagai salah satu pengurus Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Subang tidak mengetahui jika ada atlet renang yang diutus ke ajang yang cukup bergengsi tersebut dengan membawa atribut Subang tanpa adanya target yang hendak dicapai mengingat yang bersangkutan tidak memiliki catatan prestasi yang cukup menggembirakan dibandingkan dengan yang lainnya sehingga terkesan dipaksakan. Aroma dugaan adanya main mata antara pihak KONI dengan orangtua atlet yang dikirim pun muncul ke permukaan manakala sebagian orangtua yang mempertanyakan legitimasi atlet renang tersebut.