oleh: Fuad Rifky Abdulazis, SPdI
Pengajar SDN Bojongsari Kec Compreng, Kab Subang
Antarlah kami (masuk) jalan yang lebar dan luas’. Apakah seorang laki-laki harus gugur di medan perang? Waktu terus berlalu, pembaringan sekarang biasa menjadi tempat menghembuskan nafas terakhir. Tapi apakah sebenarnya arti dari evaluasi proses dan evaluasi hasil? Ketika itupun terjadi apakah kita dalam posisi berbaring juga? Pencarian jalan menuju gerbang kenikmatan lahir dan batin adalah pencarian yang penuh tantangan.
HAMPIR menginjak tahun ke 12 ini saya pindah tugas ke SDN Bojongsari, Desa Sukatani, kurang lebih tujuh kilometer dari kota kecamatan. Rumah-rumah penduduk hanya sekitar radius satu kilometer, selebihnya dikelilingi ‘totoang’.
Pada dasarnya setiap orang yang menyukai tantangan, dia akan melakukan apa yang menjadi prinsipnya. Dahulu seorang sarjana profesi guru atau yang lainnya berani ke pelosok (daerah terpencil) untuk mengamalkan ilmunya. Tapi apa yang terjadi, mereka konyol, alih-alih mendapat kehidupan layak dan diterima masyarakat atau karir yang bagus, malah berujung dengan penderitaan dan pengorbanan yang sia-sia. Sepertinya sekarang kondisi itu sudah berubah, apa iya? …ah sama saja, hanya posisinya dibalik, orang desa pergi ke kota untuk sekolah, tapi dengan modal besar dari orang tuanya dan kembali ke desa untuk jadi pengangguran, sukur-sukur diterima jadi pegawai honorer. Mereka sekeluarga jatuh miskin dan hidup seadanya.
Baca Juga:Tiga Plt Kades DilantikNurul eks Dewi-Dewi Meriahkan HUT SMAN 1 Pusakanagara
Bahkan ada yang ingin menjadi bintara polisi selepas SMA sampai-sampai orangtuanya menjual sawah seharga 400 juta. Ironis memang, dan keadaan ini sudah lebih dari satu dekade. Lalu, realistiskah seorang pemuda yang hanya tamat SMP tapi sedari kecil ikut orang tuanya mengurus sawah sampai belajar manajemen sawah kemudian memutuskan untuk menjadi petani meneruskan ilmu turun temurun resep keluarganya mengelola sawah yang pada akhirnya menikah dan membentuk keluarga baru dan mempunyai kehidupan ekonomi yang stabil dan malah meningkat? Itulah hakikat tantangan yang sebenarnya. Lihatlah taraf hidup masyarakat desa yang sebenarnya, lulusan sarjana dan lulusan SMP, naik hajinya lebih cepat yang lulusan SMP kok.