“Paparan Dirjen Menhan tadi hanya menyampaikan poros maritim dunianya, padahal dalam era perang modern, bagaimana pun juga Navi itu ada potensi udara. Menurut saya ada budaya dirgantara yang harus dihidupkan,” ucapnya.
Lebih jauh, dia menyampaikan, masalah NCO masih kompleks karena pemahaman menjadi negara poros maritim ini belum jelas, mesti ditentukan kapan akan dijalankan serta wajib didukung oleh teknologi pertahanan yang harus jelas.
“Jika Indonesia non blok countries maka harus non blok. Tapi, faktanya kan sekarang lebih ke NATO padahal dalam strategis NCO-nya ada ke NATO dan non NATO, seperti Cina dan Rusia. Setiap negara termasuk Indonesia perlu senantiasa menyesuaikan anatomi postur pertahanan negara yang menjadi suatu kebutuhan yang tak dapat dihindari,” terangnya.
Baca Juga:Soal Mutasi Pejabat, Janji Tidak Ada TransaksionalBahaya Laten LGBT, Peran Pemerintah Dipertanyakan
Sementara itu, Komandan Sesko AU Marsekal Muda TNI Donny Ermawan menerangkan, Seminar Nasional merupakan sarana ilmiah bagi para siswa Pasis Sesko AU untuk memberikan kontribusi nyata melalui penuangan pemikiran sesuai dengan tema yang telah ditetapkan lembaga.
“Tema ini dipilih karena pada saat ini NCO telah menjadi kepentingan utama setiap organisasi militer dunia. TNI AU sebagai alat negara di bidang pertahanan bertugas menjaga dan mempertahankan kedaulatan wilayah udara nasional,” bebernya.
Dia menambahkan, salah satu unsur penting yang bisa mewujudkan upaya tersebut adalah penetapan sistem interoperability pada semua unsur alutsista dan sistem pertahanan TNI AU.
“TNI AU sebagai bagian integral dari TNI harus Dapat menyusun dan mengembangkan strategi serta konsep operasi yang tepat dalam penggunaan sistem interoperability pada alutsista sehingga pembangunan NCO bisa terwujud dalam rangka mendukung keamanan nasional dan berjalannya program PMD,” tandasnya.(eko/din)