KARAWANG-Akibat kemarau panjang, ratusan petani di Desa Rawagempol Kulon, Kecamatan Cilamaya Wetan, terlambat panen. Minimnya pasokan air dari PJT (Perum Jasa Tirta) II, diduga jadi faktor utama keterlambatan panen di Desa Rawagempol Kulon.
Dari ribuan hektare lahan sawah di Desa Rawagempol Kulon, masih nampak kehijauan. Sementara, sawah di desa-desa tetangga sudah selesai di panen. Akibatnya, lahan sawah di Desa Rawagempol Kulon di serang hama wereng dan ratusan ekor burung.
Kepala Desa Rawagempol Kulon, Ade Laide mengatakan, baru satu persen saja lahan sawah di Desa Rawagempol Kulon yang baru di panen. Sementara, ribuan hektare lainnya masih huning kehijauan.
Baca Juga:Umbara Tolak Dana Kompensasi Kereta Cepat Indonesia CinaTiga Kandidat Berebut Posisi Ketua Kwarcab
Selain kekurangan pasokan air, serangan hama wereng dan burung di detik-detik mendekati panen, membuat para petani terancam menuai hasil tidak maksimal.
“Faktor keterlambatan panen di Desa Rawagempol Kulon ada dua. Pertama, karena terlambat melakukan penanaman, kemudian buruknya sistem pengairan yang ada di sini, menjadi penyebab keterlambatan ini terjadi,” ujar Ade Laide, Rabu (24/10).
Dikatakan Ade, untuk meminimalisir terjadinya gagal panen, pemerintah desa dan gapoktan saat ini sedang aktif membangun komunikasi. Bersama-sama mencari solusi, dari dampak kemarau yang berkepanjangan tersebut.
“Harus jadi bahan evaluasi untuk tahun depan, jangan sampai kejadian ini terulang lagi,” katanya.
Hal serupa juga terjadi di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan. Karena kekurangan pasokan air, para petani di Desa Sukakerta berebut sisa air di sungai regasi dengan menggunakan pompa air.
Kasi Trantibe Desa Sukakerta, Ade mengatakan, panen raya di Desa Sukakerta hanya tinggal menghitung minggu. Namun, karena pasokan air saat ini kurang. Para petani yang panik dan takut hasil panen tidak maksimal. Bergegas mengeluarkan mesin pompa air, dan berebut air di regasi.
“Airnya banyak, tapi tidak bisa sampai ke kotak sawah petani karena saluran airnya sangat buruk,” keluhnya.
Ade berharap, Dinas Pertanian dan Pemerintah Desa Sukakerta, memperioritaskan membangun saluran drainase menuju lahan sawah para petani yang jauh dari sumber air. “Harus di buat saluran baru. Jika tidak, akan seperti ini terus,” pungkasnya. (use/din)