LEMBANG-Jumlah Hotel yang ada di Kawasan Bandung Utara (KBU), khususnya wilayah Lembang, sudah tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang untuk menginap. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bandung Barat, Eko Suprianto.
Eko menyebutkan, hingga tahun ini jumlah hotel di Bandung Barat sudah mencapai 145 hotel. Sebanyak 70 persen diantaranya berdiri di kawasan Lembang.
“Jumlah hotel di Lembang sudah terlalu banyak. Sedangkan okupansi begitu rendah. Hal tersebut bisa menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar hotel,” kata Wakil Ketua PHRI Bandung Barat, Eko Suprianto, Jumat (26/10).
Baca Juga:Siapkan Uang Kadeudeuh bagi Atlet BerprestasiMinta Riset Smart City Bisa Diterapkan di Jabar
Persaingan bisnis perhotelan semakin berat, karena sudah banyak dibangun villa ilegal dan homestay yang disewakan kepada wisatawan yang berkunjung ke Lembang. Dia mengaku, selama tahun ini tingkat hunian (okupansi) hotel hanya mencapai 37 persen per bulan. Di sisi lain, para pengusaha juga wajib menyetor pajak daerah.
Dia mengatakan, penurunan okupasi dan pengunjung hotel di wilayah Lembang sudah terjadi sejak empat tahun lalu atau pasca tol Cipali dibuka yang berimbas pada kemacetan lalu lintas di Lembang, apalagi di saat libur panjang.
“Pintu masuk ke Lembang jadi ada dua, dari Pasteur dan Subang. Akhirnya, lalu lintas menjadi terkepung. Hal itu berdampak pada penurunan wisatawan yang menginap di hotel,” bebernya.
Pihaknya sudah mengajukan keluhan ini kepada Pemda Bandung Barat agar perizinan pendirian hotel di Lembang sebaiknya distop. Serta berharap mengalihkan pengembangan pariwisata ke wilayah selatan yang investasinya bisa dari pemerintah maupun pihak swasta.
“Kita telah usulkan ke pemerintah agar tidak lagi mengeluarkan izin baru pendirian hotel di Lembang. Kalau bisa, sebaiknya pembangunan wisata ke selatan supaya tidak terpusat di wilayah utara saja,” paparnya.(eko/din)