“Pesan pak Gubernur adalah bagaimana masyarakat sekitar Lembang, Bandung Barat dan Bandung umumnya, bisa lebih siap untuk selamat, meski tak diharapkan. Mudah-mudahan ini akan menjadi bekal bersama untuk memahami sesar Lembang,” kata Dicky.
Sejauh ini, menurut dia, masyarakat sekitar wilayah Bandung sudah paham tentang sesar Lembang. Namun begitu, paling penting bukan soal pahamnya, tetapi bisa tahu dan mengerti cara mengurangi risiko yang ditimbulkan pergerakan sesar Lembang.
“Soal omongan sesar lembang bukan hanya sekarang, sudah puluhan tahun lalu. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan, apakah masyarakat sudah memahami? Misalnya bagaimana kekuatan bangunan dan sebagainya, “terangnya.
Selain itu, yang paling penting adalah simulasi edukasi di sekolah-sekolah, perkantoran dan lainnya dari BPBD agar seluruh masyarakat mengetahui tips praktis dalam rangka penyelamatan dan evakuasi sesar Lembang.
Baca Juga:Dihadapan Petani, Umbara Janjikan Seribu TraktorPedagang Pasar Curug Agung Baru Keluhkan Omset Menurun
“Kami dari BPBD hampir tiap hari menggelar simulasi edukasi di berbagai tempat dalam mengurangi risiko,” ujarnya.
Dialog Publik ‘Kupas Tuntas Sesar Lembang’ dihadiri pemateri dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB di antaranya Irwan Meilano dan Nuraini Rahma serta Kepala Observasi BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Ruhimat.
Sementara itu, Peneliti PPMB ITB Nuraini Rahma Hanita mengungkapkan sosialisasi dan simulasi yang dilakukan oleh pihak terkait ke depannya bisa dilakukan dengan sederhana tanpa biaya yang besar.
“Ya, membuat sosialisasi menjadi murah. Bukan hanya sosialisasi tapi juga simulasi juga semestinya dijadikan murah. Jadi sosialisasi tidak perlu ada hadiah dan lain sebagainya. Ini bisa menjadi murah, misalnya dengan melakukan sosialisasi di halaman rumah Pak RT atau RW dan dihadiri oleh warga setempat,” ungkap Nuraini.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Peneliti PPMB Irwan Meilano menegaskan jika bencana selalu memilih korban yang tidak siap. Oleh karena itu, mitigasi harus dilakukan secara rutin dan biaya yang murah serta mudah. Yang terpenting, kata dia, masyarakat paham mengenai materi yang disampaikan dalam sosialisasi.
“Kalau berdasar data yang kami lakukan, gempa itu memilih korbannya. Korban yang terpilih adalah mereka yang tidak siap. Sosialisasi ini memang mestinya dibuat murah dan mudah,” kata Irwan.(eko/din)