BANDUNG BARAT-Lantaran sudah dua bulan tak digaji, sopir dan kernet armada pengangkut sampah UPT Kebersihan Kabupaten Bandung Barat melakukan aksi mogok kerja, Senin (29/10). Akibatnya, sampah di sejumlah wilayah pun menumpuk, karena tak terangkut ke tempat pembuangan akhir sampah Sarimukti.
Seorang sopir yang menolak disebutkan namanya, mengungkapkan, aksi mogok kerja sebetulnya sudah direncanakan sejak sepekan lalu. Pemicunya, sebanyak 176 pegawai tidak tetap di UPT Kebersihan belum memperoleh gaji untuk bulan September dan Oktober.
Akan tetapi, setelah melalui pembahasan sampai malam, pimpinan menjanjikan bahwa gaji akan segera dicairkan. Para pengemudi truk sampah pun tetap berjalan seperti biasa. Namun demikian, janji untuk membayarkan tunggakan gaji tersebut ternyata belum direalisasi hingga sekarang.
Baca Juga:SMK 45 Lembang Gelar Lomba Baris Berbaris Tingkat NasionalLima Calon Rebutkan Kursi Kades, Panitia Serahkan DPS
“Makanya, hari ini (kemarin) berhenti dulu. Kami sebetulnya tidak ingin mogok, karena masyarakat pasti dirugikan. Namun, kami terpaksa melakukannya. Kami tidak menuntut peningkatan kesejahteraan, tapi gaji kami yang di bawah upah minimum ini, mohon dibayar tepat waktu setiap bulannya,” katanya.
Dia menuturkan, gaji PTT di UPT Kebersihan berbeda-beda nilainya. Hal itu tergantung pendidikan masing-masing PTT. Untuk PTT lulusan SD sampai SMA, gajinya sebesar Rp2 juta pet bulan. Adapun PTT lulusan sarjana mendapat gaji Rp2,5 juta per bulan.
Selain gaji karyawan, dia mengaku mendapat kabar bahwa dana operasional UPT Kebersihan juga mengalami keterlambatan pencairan. Dari informasi yang dia peroleh, keterlambatan tersebut dipicu oleh perubahan sistem keuangan.
“Pimpinan tetap ngotot, kami harus jalan. Ke media juga bilang bahwa pelayanan sudah normal. Padahal, teman-teman tetap tidak jalan, kecuali dua kendaraan di Lembang yang jalan, karena sopirnya terlambat tahu aksi ini,” katanya.
Dia menambahkan, beberapa karyawan yang mengajak mogok juga mendapat ancaman, karena dianggap sebagai propokator. Atas alasan itulah, dia enggan menyebutkan namanya.
“Saya mohon pengertian, karena saya bisa dianggap sebagai provokator yang mengajak mogok, dan bisa ‘diproses’. Susah kalau pimpinan ingin selalu dinilai baik, ke atas bilang sudah kondusif padahal di bawah masih bergejolak,” katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala UPT Kebersihan KBB, Rudi Huntadi mengaku baru tahu bahwa sopir dan kernet truk sampah mogok kerja pada pagi hari, setelah upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda. “Saya kaget dapat informasi itu, melalui WhatsApp dari staf,” katanya.