Oleh Ainul Karis
*) Mahasiswa Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Pada tahun kampanye ini, peran generasi millennial sangatlah dibutuhkan karena generasi ini adalah penentu arah demokrasi di indonesia dalam menentukan kemenangan pemilihan presiden 2019, karena jumlah pemilih pemula lebih banyak daripada pemilih yang lama. Disinalah peran kedua kadidat untuk bisa lebih meyakinkan dan mengambil hati para generasi millennial dalam pemilihan presiden 2019.
Karakteristik dari generasi millennial adalah kurangnya minat literasi dan keterlibatan mereka dalam menggunakan internet, karena internet pada zaman sekarang menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi generasi millennial. Oleh karena itu,para kandidat harus bisa menggunakan kesempatan menarik hati generasi millennial dengan membuat konten yang di sukainya.
Baca Juga:Polisi Sisir Pantai Pondok Bali, Mencari Serpihan dan Korban Lion AirJika Terlibat Politik Praktis, ASN Bisa Dipecat
Oleh karena itu para kandidat harus berperan aktif dalam memposisikan diri dengan generasi millennial, serta menyediakan sarana dan prasarana untuk memfasilitasi generasi millennial dalam menggunakan internet dan fasilitas lainnya dengan baik, karena apabila mereka merasa tidak di perhatikan kemudian bersikap apolitis terhadap pemilihan presiden di Indonesia maka ini akan menjadi kerugian besar untuk kandidat presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto karena mengabaikan pengaruh millennial dalam pemilihan presiden tahun 2019.
Saat ini generasi millennial sudah mulai di dekati partai politik untuk di jadiakn senjata pertarungan suara tahun 2019 karena generasi ini selain di anggap paling banyak mempunyai hak suara juga di kenal dengan potentsi yang dimilikinya,generasi ini juga cukup mumpuni mereka bergerak dinamis dan berpikir kritis. Cara yang harus dilakukan para kandidat untuk menarik generasi ini harus agak berbeda dengan pemilih yang sudah berpengalaman karena bisa di bilang generasi millennial ini adalah pemilih pemula.
Dengan seiring berjalannya teknologi ini mempermudah para kandidat untuk mempromosikan dirinya di media social yang dengan sekejap mata bisa d lihat oleh para generasi millennial yang melek informasi di dunia maya untuk kemudian bisa dijadikan preferensi politik pilihan mereka. Strategi ini bisa di pakai oleh para kandidat karena serbuan informasi yang bisa menjadikan mereka untuk membandingkan satu isu politik dengan isu politik lainnya.