Ternyata kerja bersalju-salju itu tidak sia-sia. Ada wartawan lewat di jalan depan rumahnya. Terheran-heran. Kok ada orang kerja di atas atap. Saat salju lagi turun.
Difotolah itu Rustono.
”Lagi bikin apa?,” teriak si wartawan. Dari mobilnya.
”Membangun impian,’’ jawab Rustono. Antara serius dan bercanda.
Kata ‘membangun impian’ itu membuat si wartawan terpikat. Ia turun dari mobil. Mengajak Rustono bicara. Diwawancara. Tentang filsafat ‘membangun impian’ itu.
Baca Juga:Bea Cukai Musnahkan 372.468 RokokSiswa Pelajari Cara Membuat Membuat Keramik
Maka terpaparlah ‘membangun impiannya’ Rustono di surat kabar Jepang. Hampir satu halaman penuh. Beserta foto-fotonya.
Dan itu di koran Yumiuri Shimbun. Koran yang sangat besar di Jepang. Saya pernah ke kantor pusatnya. Dulu. Juga ke percetakannya. Dulu.
Koran-koran Jepang juga ikut memberi inspirasi penting bagi saya. Terutama Chunichi Shimbun. Koran terbesar di Jepang Tengah. Di Nagoya: bagaimana koran daerah bisa mengalahkan koran ibukota di daerahnya. Saya ikuti kiat-kiat Chunichi Shimbun. Sampai berhasil.
Yang memotret Rustono itu rajanya koran di seluruh Jepang: Yumiuri Shimbun.
Itulah titik balik Rustono. Dimuat di koran besar. Satu halaman pula.
Restoran-restoran yang pernah ia datangi kaget. Membaca koran itu. mereka pada tilpon. Memesan tempenya. Mereka simpati pada Rustono.
Bukan soal kehebatan tempenya. Tapi pada besarnya tekad anak Indonesia itu. Dalam membangun mimpinya.
Di koran tadi kisah tentang tempenya hanya sekilas. Yang banyak justru tentang impian seorang manusia muda.
Baca Juga:Rabbani Free Member Kompeni Diskon 50 % All ItemKredibilitas PT BPD Dipertanyakan, Penampungan Sementara Pedagang Rawan Bocor
”Dari tulisan itu saya belajar. Menjual tempe ternyata tidak harus bercerita tentang tempe,” ujar Rustono.
Sejak itu tempenya terus berkembang. Kini Rustono punya tiga lokasi pembuatan tempe. Semuanya di daerah pegunungan. Dekat rumahnya. Yang sumber airnya banyak. Yang pemandangannya indah.
Di setiap lokasi itu dilengkapi cool storage. Sekali bikin tempe: 1,5 ton kedelai.