Tidak tiap hari ia bikin tempe. Saat saya ke lokasi No 3 nya, tempenya masih tampak kedelai. Di bungkusan-bungkusan plastik. Di jejer-jejer di rak-rak. Baru sehari sebelumnya dibuat.
Rustono baru membuat tempe lagi kalau yang 1,5 ton itu hampir habis terjual. Dan itu tidak lama. Hanya seminggu. Ada pengukur suhu du ruang itu: 35 derajat. Ada tiga kipas angin. Yang bergerak semua.
”Itu untuk memutar udara agar suhunya merata,” ujar Rustono.
Baca Juga:Bea Cukai Musnahkan 372.468 RokokSiswa Pelajari Cara Membuat Membuat Keramik
Saya amati anak Grobogan ini: penuh energi. Sangat antusias. Optimistis. Khas orang sukses.
Ia juga humble. Sopan. Rendah hati. Khas orang sukses.
Ia selalu tersenyum. Kadang tertawa. Matanya berbinar. Khas orang sukses.
Saat mengunjungi lokasinya yang No 2 ada pemandangan unik. Ada kulkas di lantai bawah. Yang seperti garasi. Ada tulisan ditempel di kulkas itu. Ukurannya cukup besar. Bisa dibaca oleh orang yang lewat di jalan di dekatnya.
Bunyi tulisannya: silakan ambil sendiri. Harganya: 300 yen sebiji.
Ada kaleng berlubang yang digantung di atas kulkas. Itulah kasir Rustono.
Rustono membuka kulkas isi tempe itu. Isinya berkurang. Ia kocok kaleng berlubang itu. Yang ia gantung di atas kulkas itu. Berbunyi kecrek-kecrek. Pertanda ada uang di dalamnya.
Ia buka kaleng itu. Ia tumpahkan isinya. Ada uang lembaran 1000 yen. Ada pula segenggam uang koin.
Siapa saja boleh mengambil tempe di kulkas itu. Ia percaya semua orang Jepang pasti memasukkan uang ke kaleng itu. Sesuai harganya. (dahlan iskan / bersambung)
Catatan Redaksi:
Mulai hari ini, Pak Dahlan Iskan kembali aktif di instagram: dahlaniskan19