Sementara itu untuk lulusan dibawah SMP, cenderung mau melakukan pekerjaan apa saja asalkan menghasilkan uang. Sebagai contoh jurusan pelayaran di salah satu SMK, siswa yang lulus tentunya harus bekerja di bagian pelayaran kapal.
Sementara itu di Jawa Barat sendiri lapangan usaha tersebut tidak ada, tentunya para siswa lulusan jurusan tersebut harus mencari pekerjaan ke luar Jawa Barat yang sesuai dengan jurusan pendidikannya tersebut. Hanya sedikit siswa lulusan SMK jurusan pertanian mau menjadi petani, jumlah apotek yang terbatas dengan setiap apotek hanya membutuhan 1-2 apoteker lulusan farmasi dari SMK sementara itu setiap tahun ada sekitar 500 siswa yang lulus SMK jurusan farmasi.
Fenomena ini yang menjadi salah satu penyebab tingkat pengangguran dari lulusan SMK selalu mendominasi setiap tahunnya. Namun demikian setiap tahunnya selalu mengalami penurunan dari 8,22 pada agustus tahun 2017 menjadi 8,17 agustus tahun 2018.
Baca Juga:SMKN 1 Pusakanagara Kembangkan Kegiatan AgroedukasiNiko Rinaldo Diskusikan Permasalahan Masyarakat Pantura
Namun demikian lulusan SMK memiliki soft skill yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan lulusan SMA. Hal ini menjadi nilai tambah bagi warga Jawa Barat dalam rangka mempersiapkan era bonus demografi pada tahun 2030-2040. Dimana usia produktif akan lebih banyak daripada usia non produktif. Mempersiapkan generasi yang siap untuk bekerja di pasar kerja baik sebagai pengusaha maupun buruh. Diharapkan bagi para pemangku jabatan dapat lebih mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas agar dunia kerja bisa dikuasai serta adanya penguatan pendidikan baik kurikulum, guru, dan praktik kerja lapangan.(*)