Oleh: Dahlan Iskan
Lima wanita ini menjadi bintang Pemilu Amerika Serikat Rabu lalu: Kim Young, Rashida Tlaib, Ilhan Omar, Sharice Davids dan Deb Haaland.
Mereka dari suku minoritas. Bahkan minoritasnya minoritas. Yang terpilih sebagai anggota baru DPR.
Kim suku Korea. Bahkan masih lahir di Korea.
Rashida adalah suku Arab dari subsuku Palestina. Rashida menjadi orang Palestina pertama yang jadi anggota DPR Amerika.
Baca Juga:Dinkes Akan Bangun RSUD Tipe C, Siapkan Rp10 M untuk Beli LahanKPU Sudah Terima 31.790 Kotak Suara
Ilhan adalah wanita Somalia. Bahkan lahirnya pun masih di Mogadishu, ibukota Somalia. Dia mengungsi ke Kenya saat terjadi perang saudara di sana. Tahun 1991. Saat Ilhan berumur 5 tahun.
Sharice Davids dan Deb Haaland adalah suku American Indian. Keduanya menjadi wanita Indian pertama yang jadi anggota DPR. Dari partai Demokrat. Dari negara bagian, ehm, yang hampir selamanya didominasi partai republik: Kansas.
Kansas memang luar biasa. Gubernur terpilih pun dari partai Demokrat. Kali ini. Orang Kansas sendiri sudah lupa: kapan ada gubernur dari partai Demokrat.
Amerika kembali jadi Amerika. Presiden dan parlemen beda partai. Pemilu 6 Nopember kemarin menghasilkan itu: DPR kembali dikuasai partai Demokrat. Untuk mengontrol presiden yang dari Republik.
Rakyat Amerika selalu begitu: tidak mau ada presiden yang terlalu berkuasa. Juga tidak mau DPR yang seperti itu.
Kim Young, misalnya, caleg dari partai Republik. Tapi tema kampanyenya jelas: tidak menyetujui semua program Trump. Wanita 54 tahun ini setuju Trump: pemotongan pajak. Tapi sangat tidak setuju di bidang imigrasi, jaminan sosial dan pembangunan tembok perbatasan.
Kim pun menang tipis: 51 persen. Di Dapil 39 California. Dengan lawan begitu berat: Gilbert Cisneros, pemenang lotre Rp 4 triliun.
Baca Juga:PUPR Mulai Perbaiki Jalan dan JembatanLongsor di Desa Cikeris Tutup Akses Jalan
Kemenangan Kim juga kian menyulitkan proyek yang sudah sulit: pembangunan kereta cepat dari San Fransisco ke Los Angeles. Yang sudah molor lebih 10 tahun. Dan masih akan lebih molor entah berapa puluh tahun lagi.
Kemenangan Rashida di Detroit juga fenomenal: nyaris 85 persen. Hampir tiada lawan di Dapil 13 Detroit. Padahal dia wanita. Padahal dia janda. Padahal dia Islam. Padahal dia Palestina.
Rashida seorang pengacara. Lebih banyak menggratiskan kliennya. Dia juga pejuang nutrisi untuk anak sekolah miskin.