Buruknya manajemen data yang dimiliki oleh Kementan pun membuat sejumlah pihak meminta agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera turun tangan untuk melakukan investigasi anggaran. Hal tersebut dikarenakan kenaikan anggaran yang cukup signifikan nyatanya tidak berbanding lurus dengan output yang dihasilkan. Kebijakan import pangan untuk kebutuhan konsumsi langsung maupun untuk keperluan bahan baku pakan menunjukkan bahwa performa Kementerian pertanian memang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Tuntutan agar Presiden Joko Widodo segera melakukan evaluasi terhadap Menteri Pertanian pun mulai disuarakan oleh berbagai kalangan.
Reaksi masyarakat terhadap carut marutnya pengelolaan pangan tersebut memang cukup beralasan. Ketergantungan terhadap bahan pakan ternak dari luar pada akhirnya akan memberatkan para peternak dalam menjalankan usahanya. Bahkan, jika harga bahan baku pakan tersebut harganya semakin tidak terkendali, tidak mustahil nereka akan menutup usahanya dan beralih ke usaha yang lain yang dianggap lebih menjanjikan. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan di negeri ini.
Untuk menjaga ketersediaan pakan ternak secara memadai, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah maupun para peternak. Pertama, pemerintah hendaknya segera membenahi manajemen data terkait ketersediaan serta kebutuhan bakan baku pembuatan pakan ternak. Adanya data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan tersebut sejatinya dijadikan dasar untuk mengeluarkan kebijakan strategis di lapangan. Artinya, apakah kebijakan import benar – benar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serta untuk mengendalikan harga ? Lantas, tidak adakah upaya lain untuk menjamin ketersediaan bahan baku tersebut selain import ? Selanjutnya, tidak mampukah Kementerian terkait meningkatkan kapasitas produksinya sekalipun anggaran yang diterima untuk mewujudkan swasembada pangan semakin besar ?
Baca Juga:Sedekah Laut Pertanda Mulai Pembangunan Pelabuhan Patimban, Berharap Proyek Berjalan Aman dan LancarToshihiko Tamaki: Terkesan Kesenian Sisingaan Khas Subang
Kedua, para peternak yang tergabung dalam asosiasi ataupun kelompok ternak hendaknya aktif dalam melakukan terobosan maupun inovasi. Dalam konteks ini, kerjasama dengan perguruan tinggi yang relevan sangat diperlukan dalam rangka implementasi teknologi tepat guna. Inovasi tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu ataupun kandungan gizi dari pakan yang dihasilkan. Penggunaan bahan baku pakan yang berasal dari limbah lignoselulolitik dengan kadar Total Digestible Nutrient (TDN) dan protein yang rendah tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas ternak yang dihasilkan.