Oleh: Dahlan Iskan
Mahathir ke Singapura. Kemarin. Membawa dendam lama. Mungkin. Sangat mungkin. Bahkan membawa kemarahan: tidak soal, diperlihatkan atau tidak.
Tidak ada kejengkelan lebih hebat dari ini: soal pembangunan jembatan. Antara Johor-Singapura.
Yang diusulkan Mahathir.
Yang ditolak Singapura.
Itu usul lama Mahathir.
Tahun 2003. Di akhir masa jabatannya dulu. Sebagai perdana menteri yang pertama dulu: 22 tahun lalu.
Baca Juga:Jalan Berlubang Bahayakan Pengendara, Pemkab Diminta Segera PerbaikiDiskon Rabbani Bikin Gregetan
Dengan jembatan itu Mahathir ingin menghidupkan laut. Antara Johor dan Singapura. Yang selama ini mati. Oleh urugan yang melintasi selat itu. Yang difungsikan untuk jembatan itu. Yang disebut Couseway Bay itu. Satu-satunya (waktu itu) jalan yang menghubungkan Johor-Singapura.
Mahathir mau bongkar Couseway Bay itu. Diganti dengan jembatan yang indah. Yang melintas di atas laut. Agar kapal bisa lewat di bawahnya.
Dengan demikian kapal dari pantai barat bisa lewat bawah jembatan itu. Untuk ke pantai timur. Tidak perlu memutari Singapura.
Singapura menolak ide itu.
Mahathir marah.
Bentuk marahnya unik. Akan tetap membongkar Causeway Bay itu. Sampai tengah laut. Sampai perbatasan. Kalau Singapura tidak mau membongkar sisi Singapuranya gak masalah.
Mahathir akan membangun jembatan sendiri. Tinggi. Jembatan itu akan berakhir di tengah laut. Di ujung jembatan itu akan dibuat muter-muter. Menurun. Menuju Causeway Bay yang tidak dibongkar Singapura itu.
Desainnya sudah jadi. Bentuknya memang jadi tidak masuk akal. Tapi itulah hasil kemarahan.
Masyarakat lantas memberi nama desain itu sebagai ‘Crooked Bridge’. Jembatan Bengkok.
Baca Juga:Kepala Kemenag: Stok Buku Nikah AmanUang Reses Dilarang Untuk Kampanye
Belum sampai Crooked Bridge dibangun Mahathir sudah lengser. Tapi ia mewariskan proyek itu kepada penggantinya: Abdullah Badawi. Dengan janji akan merealisasikannya.
Ternyata Badawi tidak melangkah. Mahathir marah besar. Karena itu Badawi tidak lama jadi perdana menteri. Dianggap terlalu lemah.
Mahathir tidak mau mendukung Badawi lagi. Mengalihkan dukungan ke Najib Razak. Yang dinilai lebih tegas.
Tapi Najib juga tidak kunjung memulai Crooked Bridge. Mahathir menegurnya. Terus-menerus.
Najib berdalih: ada perjanjian baru dengan Singapura. Mahathir mengejar Najib: mana perjanjiannya. Tapi Najib tidak pernah memberikannya. Mahathir pun kian marah.