KARAWANG-Sejumlah warga Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat melakukan aski protes di lokasi pembuatan jembatan yang membuat jalur utara yang mereka lewati diputus total, Rabu (14/11) siang. Namun aksi tersebut diwarnai ulah seorang oknum aparat Desa Sukamakmur yang mengusir para pelajar SMP yang saat itu berada di lokasi.
Oknum tersebut meminta paksa anak-anak dan pelajar tidak ikut-ikutan aksi. Padahal, seperti disampaikannya, mereka turut bergabung bersama warga hanya untuk meminta akses jalan ke sekolahnya dibuka kembali. Yaitu dengan dibuatkan tempat melintas kendaraan bermotor. Alasannya, sejak jalan ditutup, mereka harus memutar arah jalan lain hingga berjarak sekitar 5 kilometer.
“Sudah tiga minggu ini anak-anak memutar arah jalan ke sekolah yang cukup jauh. Padahal ketika jalan utama itu belum diputus oleh adanya pengerjaan dibuatkan jembatan, jarak tempuh mereka ke sekolah hanya antara setengah kilometer, dan paling jauh satu kilometer. Hemat kami, wajar anak-anak ikut protes meminta akses jalan utama mereka tidak ditutup total,” kata seorang guru SMPN 1 Telukjambe Barat, Nasam Adiwijaya.
Baca Juga:Pengurus DPC Perkumpulan Perempuan Wirausaha Indonesia (Perwira) Resmi DilantikBawaslu Minta Rapat Pleno KPU Ditunda
Disaksikan beberapa orang aparatur Desa Karangligar dan Sukamakmur, serta aparat pembina Polri maupun dari TNI kedua desa, pihak pemborong akhirnya menyanggupi membuatkan akses jalan untuk bisa dilalui sepeda motor terhitung hari Senin (19/11) mendatang.
Setelah janji itu disepakati, warga kemudian membubarkan diri. Namun warga memberikan catatan, bila janji ini tidak ditepati, mereka akan mendatangi Bupati Cellica Nurrachadiana dan para wakil rakyat di DPRD Karawang.
Sebelumnya, jalan akses utama warga Desa Karangligar, Parungsari, dan sekitarnya menuju dan dari Interchange Karawang Barat, yang melewati Sukamakmur ini baru saja tuntas dicor secara keseluruhan. Namun tiba-tiba jalan malah ditutup total.
Ternyata, jalan yang sudah dicor ini ada yang dibongkar dan diputus untuk dibuatkan saluran air sekitar 4 meter. Selanjutnya, jembatan pun dibangun dengan pagu anggaran Rp183 juta dari Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Karawang.
“Kita tidak pernah tahu bakal ada pengerjaan proyek yang membuat warga kami tidak bisa melintas sama sekali. Semua aktivitas warga pengguna jalan jadi terganggu. Sedangkan baru bisa dibuka kembali pada awal Januari 2019. Jelas membuat warga bereaksi. Semestinya, sejak awal pemborong menyiapkan akses yang bisa dilalui minimal oleh sepeda motor. Lihat saja, papan nama proyeknya saja tidak ada?” sesal seorang aparatur Desa Karangligar, Darmo. (use/din)