SUBANG-Alun-alun Subang berubah menjadi seperti pasar malam (sarlem). Pedagang dan aneka permainan anak berderet memadati area alun-alun di sore dan malam hari.
Padahal alun-alun Subang persis di depan Kantor Satpol PP. Tapi tidak terlihat ada pengaturan atau batasan untuk para pedagang.
Pengunjung alun-alun Dini Rosmiati (34) merasa tidak nyaman dan serasa tidak berada di alun-alun. Sebab dipadati pedagang, penjaja mainan anak, hingga pedagang pakaian. “Serasa gimana gitu, apalagi kalau pas malam Minggu,” katanya.
Baca Juga:Nongkrong Romantis di Borneo Corner, Nyaman Tempatnya, Oke MenunyaTetap Gelar Reses, GP Ansor Puji Kinerja Ara
Pengunjung alun-alun lainnya, Krisyanto (40) mengajak anak-anaknya ke berlibur di alun-alun. Tapi terasa tidak nyaman untuk para pejalan kaki, terkesan dibiarkan dan tidak diatur. “Padahal deket Kantor Satpol PP, kok seperti dibiarkan. Jadinya alun-alun Subang rasa sarlem. Seperti di alun-alun kecamatan,” ujarnya.
Pegiat lingkungan yang juga Koordinator Massal Subang Kota Asep Saefatah mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan alun-alun Subang makin hari makin ternodai dan dipadati para pedagang. Bahkan para pedagang memadati trotoar bahkan hingga ke tengah lapangan.
“Prihatin lah, dulu waktu ada acara Asian Games kok bisa ga ada pedagang, sekarang gak bisa. Jangan sampai ada istilah alun-alun rasa sarlem,” ujarnya.
Dijelaskan Asep, patut dicurigai dan diduga adanya pembiaran para pedagang karena ada setoran. Sehingga para pedagang bisa dengan leluasa berdagang di alun-alun. “Gak mungkin para pedagang tersebut dengan leluasa bisa berdagang jika tidak ada sinyal-sinyal (setoran),” tandasnya.
Sementara itu salah seorang pedagang Tata (40), keuntungan berdagang di alun-alun di malam hari cukup besar dibandingkan berdagang di tempat lainnya. “Lumayan kalo dagang di sini, untungnya besar,” katanya.(ygo/man)