SUBANG-Perhelatan Supermoto Asia di Sirkuit Gerymang yang digelar 26 Oktober lalu menyisakan masalah. Gundukan tanah merah bekas di sirkuit dibiarkan menggunung. Para pembalap sulit menggelar pelatihan. Mereka pun melakukan aksi mencangkul sebagai bentuk protes. Mereka pun enggan berlatih.
Pembalap asal Sukamandi Sultan (21) mengatakan, gundukan tanah merah di Sirkuit Gerymang tersebut mengganggu karena berada di jalur latihan. Ia dan rekannya berusaha membersihkannya tapi sulit karena menggunung tinggi.
“Ini bekas Supermoto Asia, bekas tanahnya tidak dibersihkan. Kami yang rutin berlatih di Sirkuit protes dan mencangkuli tanah merahnya. Tapi susah,” ujarnya.
Baca Juga:Menpora Terkejut Apel Pemuda Islam DipermasalahkanKreatif, Siswa Difabel Hasilkan Produk Olahan Nanas
Wakil Ketua Karang Taruna Kelurahan Sukamelang Hendrawan Arby mengatakan gundukan tanah merah di Sirkuit Gerymang dampaknya sangat besar. Pembalap yang rutin latihan keberatan dan merasa terganggu.
Padahal pihaknya sudah meminta panitia FIM Supermoto Asia untuk bertanggung jawab. Namun sampai saat ini tidak terealisasi. Padahal seharusnya minimal 3 hari setalah pelaksanaan segera dibersihkan.
“Sampai saat ini tidak ada tanggung jawabnya. Padahal seharusnya pihak panitia segera melakukan pembersihan. Soalnya ini sudah 1,5 bulan gak ada pembersihan,” ujarnya.
Sementara itu Kadisparpora Ugit Sugiana mengatakan, dirinya akan segera meminta pantia pelaksaana untuk membesihkan tanah merah tersebut. “Segera saya komunikasikan dengan pantia,” tuturnya.
Pengelola parkir Sirkuit Gerymang Bedo (36) mengungkapkan, aktivitas pelatihan menurun. Biasanya dating para pembalap dari daerah lain seperti Bekasi, Bandung dan lainnya. “Banyak yang dating balik lagi ketika melihat gundukan tanah merah yang ada di Sirkuit Gerymang,” katanya.
Akibat lainnya juga menurunkan pendapatan para pedagang di sekitar sirkuit. Mbah Dasem (60) misalnya, di hari Sabtu-Minggu biasanya ai bisa mendapatkan pendapatan sampai Rp1 juta. “Tapi sekarang sudah sektiar sebulan lebih hanya dapat Rp70.000-100.000 saja. Tolong dari pemerintah atau panitia segera menyelesaikan permasalahan ini,” tuturnya.(ygo/man)