Ketika sudah menyukainya saya periksa isi syairnya. Beberapa kali.
Tidak mengerti maksudnya.
Saya pikir itu karena keterbatasan bahasa Inggris saya.
Ternyata benar. Bahasa Inggrisnya sang genius di luar jangkauan pikiran biasa.
Saya jadi ingat ini. Ketika kursus bahasa Inggris satu bulan. Di Santa Barbara. California. Saya satu-satunya yang Indonesia.
Baca Juga:Wirausahawan Pamerkan Produknya di Gebyar UKMRabbani Adakan Program Belanja Sambil Beramal, Sumbang Kerudung Dapat Diskon
Sang tutor membagikan head phone. Kami diminta mendengarkan musik. Lima kali. Lagu yang sama.
Mengerti isinya?
Kami menggeleng. Semua.
Tutor membagikan teks lagunya: Hotel California.
Kami diminta membacanya. Tiga kali.
“Mengerti?” tanya sang tutor.
Kami semua menggeleng. Semua.
“Saya juga tidak mengerti,” ujar sang tutor.
Kami pun tertawa. Lega. Sang tutor tidak pura-pura.
Coba dengar: apa yang dimaksud hotel dalam lagu itu. Kata sang tutor. Kami benar-benar tidak mengerti. Katanya.
Apalagi dengan kata “bismillah”. Yang sampai tiga kali. Di Bohemian Rhapsody. Bagaimana bisa mengerti.
Itulah puisi.
Tentu beda dengan parodinya. Mamak Rhapsody itu. Begitu jelas maksudnya: masakan mama itu lebih enak, lebih murah. Dari pada McDi atau KFCi.
Demikian juga dengan parodi Hotel California. Yang dalam bahasa Jawa itu. Hotel Calioso itu. Begitu jelas maksudnya.
Sesekali, hidup perlu dalam parodi. (Dahlan Iskan)