Mengenal Kesenian Singa Abrug yang Sudah Ada sejak Tahun 1822
Singa Abrug yang diklaim sebagai cikal bakal sisingaan khas Subang saat ini terus diperkenalkan kepada masyarakat. Singa Abrug yang berasal dari Desa Tambakan Kecamatan Jalancagak itu merupakan kesenian buhun yang harus dilestarikan.
LAPORAN: YUSUP SUPARMAN, Subang
Pelaku kesenian Singa Abrug, Amir Komarudin mengatakan, Singa Abrug telah ada sekitar tahun 1822. Singa Abrug terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hutan. Mulai dari bunga rotan, daun pinus, daun nanas dan bambu.
“Untuk membuat Singa Abrug tidak mudah, bahan-bahannya harus mencari dari hutan. Inilah salah satu keunikannya, butuh perjuangan untuk mendapatkan bahan-bahannya,” ungkap Amir di sela-sela acara Pagelaran Seni Abrug di Kampung Cileutik, Desa Kasomalang Wetan, Minggu (2/12).
Baca Juga:Subang Creative Centre Mulai Dibangun Awal 2019Banyak Warga Subang Terinfeksi Virus HIV/AIDS, Penanggulangan Harus Lebih Serius
Dia mengatakan, Singa Abrug sebagai simbol perlawanan untuk mengusir penjajah tempo dulu. Singa tersebut diibaratkan penjajah.
“Singa ini dipikul oleh empat orang dewasa, itu berarti biarlah masyarakat ketika itu menderita karena penjajahan. Tapi suatu saat, anak-anak kita akan bahagia karena mengalahkan penjajah. Disimbolkan dengan anak-anak yang naik Singa,” jelasnya.
Amir mengatakan, selain bentuk simbol perlawanan, Singa Abrug memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat. Selain anak-anak yang menikmati naik Singa, orang tua pun terhibur dengan pertunjukan Singa Abrug ini.
Dia mengatakan, Singa Abrug merupakan kesenian buhun. Namun sayangnya, banyak masyarakat yang belum begitu mengetahui kesenian tersebut.
Ketua Yayasan Gapura Purwa, Isak Iskandar mengatakan, Singa Abrug akan terus diperkenalkan secara luas kepada masyarakat. Ia tidak ingin kesenian yang menjadi kebanggaan masyarakat tempo dulu hilang begitu saja di masa sekarang.
“Generasi saat ini tentunya harus mengenal kesenian yang diciptakan masyarakat waktu itu. Generasi mendatang pun perlu tahu bahwa kita memiliki Singa Abrug, keseniaan cikal bakal Sisingaan Subang sekarang,” jelasnya.
Yayasan Gapura Purwa, kata Isak, berkomitmen mengenalkan Singa Abrug kepada masyarakat. Pagelaran-pagelaran akan dilakukan sebagai hiburan bagi masyarakat. “Respon masyarakat begitu bagus ketika kami mengenalkan Singa Abrug ini,” ujarnya.
Warga Kasomalang, Yusna mengatakan, Singa Abrug seharusnya menjadi hiburan masyarakat saat ini. Kesenian tradisional jangan sampai dilupakan oleh masyarakat sekarang.