KARAWANG-Belasan tahun kondisi tanggul kalen bawah di Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan, tak tersentuh pembangunan. Padahal, tahun 2015 silam, akibat tanggul yang jebol, ribuan masyarakat Desa Muara terisolir, lantaran jalan tertutup genangan air.
Tiga tahun berselang, teror jebolnya tanggul kalen bawah kembali menghantui masyarakat Desa Muara. Pasalnya, intensitas hujan yang semakin tinggi akhir-akhir ini. Tak diimbangi dengan, pembangunan yang merata di wilayah Kecamatan Cilamaya Wetan.
“Selama ini masyarakat was-was. Takut kejadian tahun 2015 silam terulang. Kami masyarakat satu desa, terisolir. Karena tanggul jebol,” ungkap Kepala Desa Muara, Iyos Rosita.
Baca Juga:Pemkab Anggarkan Rp24 Miliar untuk Rehab RKBCellica: Pemekaran Daerah Perlu Kajian Menyeluruh
Dijelaskan Iyos, sedikitnya ada 4 titik tanggul yang rawan jebol di dua aliran sungai yang mengapit Desa Muara. Dikatakan, panjang ke-4 titik tersebut sekitar 50 meter.
“Jika tanggul ini jebol lagi, dan debit air terus meninggi. Empat desa di Kecamatan Cilamaya Wetan akan tenggelam,” jelasnya.
Keempat desa tersebut, lanjut Iyos, diantaranya Desa Muara, Desa Muara Baru, Desa Rawagempol Wetan dan Desa Rawagempol Kulon.
“Itu sudah terjadi tahun 2015 silam. Banjir besar terjadi dimana-mana. Karena tanggul kalen bawah ini jebol,” tandasnya.
Iyos berharap, Dinas PUPR dan BBWS Jawa Barat, juga memperhatikan titik-titik tanggul sungai rawan jebol lain yang berada di Kecamatan Cilamaya Wetan.
“Inginnya sih, dapat bantuan pemasangan bronjong seperti di Desa Cilamaya. Karena selama ini, kami hanya menambal titik-titik yang rawan jebol dengan karung yang di isi tanah,” pintanya.
Ia menambahkan, selama belasan tahun, masyarakat Desa Muara secara mandiri melakukan normalisasi dan antisipasi jebolnya tanggul Sungai Cilamaya dan Kalen Bawah dengan alat seadanya.
“Selama ini, ada atau tidak ada bantuan, kami selalu melakukan perbaikan tanggul. Tapi tak bisa bertahan lama. Ini harus segera dibuat tanggul permanen atau di bronjong,” katanya. (use/din)