Nasir tetap bekerja di bengkel. Tetap tinggal di bengkel. Begitu hematnya.
Nasir tidak berpikir beli rumah dulu. Ia justru beli kapal kedua. Tapi kapal ini berada di tangan orang yang salah. Uangnya habis terus.
Saat itulah Nasir berpikir: harus fokus. Tidak boleh kapalnya diurus orang lain. Ia harus berhenti dari bengkel. Urus sendiri kapal-kapalnya.
Baca Juga:Hari Aids Sedunia, WAPA PANTURA Dikunjungi Dewan Pertimbangan PROPERRawan Banjir, Cipta Karya Kaji Drainase Kota
Itu berarti tidak bisa lagi tinggal di bengkel. Harus cari rumah tinggal. Nasir tetap tidak mau membeli rumah. Tidak mau mengontrak rumah. Ia pilih menyewa satu kamar: diisi 9 orang. Semua perantau dari Sulawesi.
Masih harus berhemat.
Ia jalankan sendiri kapal-kapalnya. Sampai pernah nyasar ke perbatasan Filipina. Dihadang tentara bersenjata.
Nasir juga sering membawa kapalnya ke pelabuhan-pelabuhan di Sabah. Di situ Nasir belajar: membangun kapal sendiri.
Nasir tidak mau lagi membeli kapal. Kapal-kapal berikutnya adalah bikinan sendiri. Ia hanya beli bahan-bahannya. Membayar ongkos tukangnya.
Kini kapalnya tujuh buah. Termasuk dua kapal penangkap ikan. Di laut lepas.
Bisnisnya pun ke hulu: bikin pabrik es. Lalu cool storage. Lalu merambah ke tambak udang.
Bisnis ikan itu membuatnya sering ke pabrik es. Membawa kapalnya serta. Di pabrik itulah ia melihat beberapa gadis lagi mandi. Di pemandian pabrik. Tidak berdinding. Mereka mandi dengan mengenakan sarung.
Istri saya pun begitu. Dulu. Mandinya di batang. Di pinggir sungai. Bisa dilihat semua orang. Yang lagi lalu-lalang. Di Kaltim mandi seperti itu disebut mandi basah.
Baca Juga:24 Mojang Jajaka 2018 Mandi LumpurEmpat Desa Terancam Tenggelam, Kondisi Tanggul Kalen Bawah Rawan Jebol
Saat itulah Nasir terpikat. Pada salah satu gadis yang mandi itu. Ternyata dia memang primadona di pabrik itu. Nasir minta tolong temannya. Untuk mengenalnya langsung.
Itulah istrinya yang sekarang: Sempurna. Dipanggil: Pur.
Pilihannya tepat. Nasir percaya istrinya itu membawa rejeki.
Ia ingat omongan-omongan orang tua di desanya: kalau cari istri carilah yang ada ininya di bawah lehernya.
Sambil mengatakan ‘ininya’ Nasir menggambarkan kalung di bawah lehernya. Ia melihat tanda itu saat Sempurna mandi basah. Yang hanya bagian susu ke bawah yang ditutupi sarung. Nasir bisa melihat tanda itu di bagian antara dada dan leher Sempurna.