BANDUNG-Bertempat di Aula Barat Gedung Sate, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan pendirian lembaga anti hoax yang dinamakan Jabar Saber Hoaks, Jumat (7/11).
Lembaga ini merupakan lembaga non PNS yang bernaung di bawah Dinas Kominfo Jawa Barat. Diisi oleh orang kredibel dalam bidang IT yang bertugas memantau informasi baik berita, foto atau video yang diduga palsu atau hoax. Setiap pekannya lembaga ini juga akan menginformasikan kepada masyarakat berita-berita hoax yang muncul agar masyarakat mengetahui kebenaran beritanya.
“Jabar menjadi yang pertama memiliki lembaga anti hoax ini,” ujar Kang Emil, sapaan akrabnya.
Baca Juga:CSR PT SPV Sukses Berdayakan Ekonomi Warga, Dari Bank Sampah hingga Ternak Burung PuyuhDiduga Tipu-tipu, Caleg Golkar Polisikan Caleg Gerindra
Emil bercerita latar belakang Jawa Barat kemudian membentuk lembaga anti hoax ini. Menurutnya perang dunia ke-2 telah menewaskan lebih dari 50 juta orang, baik penduduk sipil maupun tentara. Perang ini diawali dari serangan Jerman ke Polandia atas kabar burung atau kabar bohong. Disebutkan Polandia akan menyerang Jerman sehingga Hitler, pimpinan Jerman lebih dulu menyerang.
“Karena kabar hoax itu, terjadilah perang dunia ke-2 yang menyebabkan korban tewas sampai 50 juta orang. Begitu berjayanya hoax ini,” ujar Emil.
Ia memberikan contoh lain di Amerika, India bahkan di Indonesia yang saat ini marak dengan Jabar hoax. Sebagai contoh ia pernah mendapatkan hujatan karena dianggap Bandung tidak bisa menjaga keamanan. Hal itu muncul di medsos akibat kabar seorang ibu yang dianiaya di Bandara Hussein Sastranegara. Ibu yang seorang aktifis itu kemudian mengaku jika tidak ada penganiayaan. Namun demikian, kabar penganiayaan yang sebenarnya hoax tersebut sudah membuat resah masyarakat hingga pimpinan negeri.
“Saya ini juga menjadi salah satu dari korban hoax, ramai saat Pilkada Jabar kemarin,” tuturnya.
Ia berharap masyarakat secara aktif melaporkan informasi yang diduga hoax ke Jabar Saber Hoaks, baik melalui medsos atau pesan WA, agar waktu produktif tidak hilang sia-sia untuk mengurusi berita tidak benar. (jo/dbs)