BANDUNG-Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono menegaskan, para pelaku pembunuhan terhadap puluhan pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, merupakan perbuatan terorisme. Masyarakat Papua harus berani melawan. jika tidak, masyarakat akan terus menjadi sasaran kelompok tersebut.
Pernyataan tersebut, ia sampaikan saat memberikan pembekalan akhir kepada Pasis Sespimma Sespim Lemdiklat Polri Angkatan ke-60 tahun 2018 di Sespim Polri Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (11/12).
“Perlawanan harus semesta, karena mereka teroris, membunuh rakyat. Kalau kita tak melawan, rakyat Irian tak melawan, akan terus jadi sasaran mereka, dibully, dibunuh, disiksa, dan ini biadab. Mereka bersenjata modern, darimana senjatanya, kita enggak mengerti, nanti juga terungkap, mudah-mudahan segera terungkap siapa yang main di sini,” jelas Hendropriyono.
Dia menyatakan, Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya ini bukanlah organisasi atau kelompok kriminal biasa, seperti tukang copet. Tapi mereka adalah teroris dan musuh dari seluruh dunia karena berani membunuh orang-orang tidak berdosa yang bekerja untuk membangun infrastruktur di daerahnya.
Baca Juga:Banom HIPMI Bandung Resmi DibentukMemupuk Jiwa Wirausaha Generasi Milenial
“Artinya, dia membunuh innocent person, dan sesuai definisi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), membunuh innocent person itu adalah perbuatan teroris. Dia harus masuk dalam daftar teroris dan menjadi musuh dunia, satu orang saja mati ramai, tapi ini 31 orang mati juga pasti ramai di masyarakat internasional,” ujarnya.
Mengenai masalah Irian (Papua), lanjut dia, sejak dulu mereka ingin menamakan dirinya Papua dan pemerintah memberikan kelonggaran dengan memberikan sebutan nama itu. Namun, hal itu justru dimanfaatkan untuk mendirikan OPM. Karena sudah menjadi musuh bangsa Indonesia, jelas dia, aparat harus mengejar kelompok itu sampai dapat.
“Sejak 1 Mei 1963, dunia sudah mengakui Irian adalah bagian dari bangsa kita setelah PBB menerima dari Belanda satu tahun sebelumnya, tanggal 15 Oktober,” ungkapnya.
Cuma masalahnya, terang dia, sering timbul salah paham dari penggiat Hak Asasi Manusia (HAM). Padahal yang dikejar ini adalah teroris di Papua, bukan orang-orang yang memiliki keinginan politik sembarangan. Organisasi perserikatan bangsa-bangsa atau PBB harus konsekuen dan mendukung dalam menumpas OPM.