Pemuda harapan itu harus kuat dan tegar bak batu karang. Tangguh menghadapi tantangan zaman, tidak manja, tidak loyo apalagi lemah cita-cita. Juga punya pandangan luas bagai elang perkasa dengan ilmu dan cita-cita tinggi serta mampu mencari peluang di setiap kesempatan dan tanggap dengan dunia luar. Bukan pemuda yang “kudet” ( kurang update ) atau “kuper” ( kurang pergaulan ). Melimpahnya generasi milenial sekarang ini di satu sisi memang memberikan berkah , namun disisi lain juga menjadi sebuah tantangan yang harus dijawab dengan penuh kebijaksanaan.
Adapun permasalahan yang muncul hari ini adalah sempitnya lapangan pekerjaan. Menurut data BPS dari tahun 2017, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat sekitar 7 juta orang. Hal ini karena lulusan angkatan kerja setiap tahunya hanya sedikit yang terserap di dunia kerja. Kondisi ini diperparah dengan melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari yang mengakibatkan angka kemiskinan yang menurut data statistik pemerintah Indonesia memang menunjukkan penurunan. Namun, penurunan ini dikhawatirkan terjadi lebih lambat di masa yang akan datang. Hal ini menyebabkan generasi milenial menjadi harap-harap cemas tentang masa depan mereka.
Secara politik kondisi sekarang generasi ini cenderung menjadi pemilih yang bersikap swing voter (berubah-ubah) dan tidak peduli dengan dunia politik serta cenderung kepada pola hidup bebas dan hedonisme. Generasi milenial rata-rata berpendidikan memadai yang mendorong mereka menjadi individu – individu kreatif. Alangkah sayangnya apabila potensi dan energi mereka tidak tersalurkan dengan baik sehingga mengakibatkan rasa frustasi dan depresi . Jika tidak segera ditangani dengan baik fenomena tersebut dikhawatirkan mengarahkan mereka pada hal-hal negatif. Berbagai perilaku menyimpang seperti penyalahgunaan narkoba , pergaulan bebas , tawuran dan tindak kejahatan akan senantiasa mengintai mereka setiap saat.
Baca Juga:Sejumlah Kendaraan Over Load, Operasi ODOL Gabungan untuk Kendaraan BeratKadinsos Rahmat Effendi Terima Penghargaan
Walaupaun begitu banyak tantangan, namun peluang besar juga tersimpan di pundak genarasi ini, dengan syarat mereka mampu terus berinovasi dan mampu mengimbangi kemajuan teknologi serta terus mengembangkan kreativitas yang dimiliki. Anak muda tidak boleh takut dengan perubahan, tetapi menjadikan perubahan sebagai peluang meraih masa depan dengan menambah wawasan dan tidak berhenti belajar. Jiwa kepemimpinan itu lahir dari pelatihan. Hidup itu tidak pernah berhenti dari belajar. Belajar itu harus terus dilakukan hingga siap memimpin. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi, gaya hidup, maupun kondisi sosial dan budaya.