Hubungan dari penggunaan seni dan politik itu sendiri yaitu, Jika politik sudah menjadi liar tanpa kendali, maka seni harus turun gunung untuk menjinaknnya. Seni adalah upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia agar dibimbing oleh keindahan yang nyaris tanpa batas itu. Lalu apa salah satu penyebab jika seorang politikus tidak memiliki nilai seni didalam raganya? Yaitu ketika para pejabat melakukan korupsi atau hal buruk lainnya. Maka mereka adalah orang tak memiliki seni didalam raganya. Kelakuan mereka sudah tak kenal lagi tentang keindahan melainkan keburukan.
Selama ini mungkin muncul anggapan bahwa politik adalah kejam. Padahal politik itu sendiri adalah ilmu yang baik dan memiliki sifat yang amanah. Sebenarnya dalam hal tersebut hal yang membuat kejam itu bukan politik, tetapi orang itu sendiri yang mengendalikan kekejaman politik tersebut. Maka dari itu agar hal itu tidak terjadi, maka orang yang ikut berpartisipasi dengan dunia politik harus ada nilai ahklak didalam dirinya.
Lantas apa arti akhlak itu? akhlak adalah sebagai budi pekerti. Jika dia memiliki akhlak, maka kecil kemungkinan dia melalukan tindakan yang kejam. Dalam politik memang tidak mengenal istilah kawan dan lawan, tidak ada teman dan musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan kekuasaan. Ketika ada kepentingan yang sama, maka menjadi kawan untuk bersama-sama mencapai tujuan. Namun ketika kepentingannya berbeda, yang tadinya kawan pun bisa menjadi musuh, siapa cepat dan pintar, dia yang akan mendapat kekuasaan itu.
Baca Juga:Camat: Pemdes Segera Laporkan Hasil PilkadesAri Laporkan Dugaan Money Politik
Memang hal itu tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar. Bahwa yang dimaksud kawan dan lawan tersebut bukan dalam arti hubungan antar sesama manusia secara keseluruhan. Namun kondisi itu berlaku saat terjadi hubungan antar sesama manusia sebagai makhluk politik, yang masing-masing mempunyai tujuan tersendiri untuk mencapai maksud yang dinginkannya.
Tetapi terkadang pejabat-pejabat Indonesia banyak menggunakan seni mereka dengan cara yang kotor atau mencari kepentingan mereka sendiri dan tak memiliki akhlak dalam dirinya. Terutama pada halnya korupsi uang. Salah satu kasusnya yaitu Gayus Tambunan. Gayus Halomoan Partahanan Tambunan atau biasa disebut Gayus Tambunan (lahir di Jakarta, 9 Mei 1979) adalah mantan pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia.