NGAMPRAH-Seluruh produk kopi Kabupaten Bandung Barat (KBB) rencananya akan digabungkan menjadi satu brand pemasaran yang diberinama Kopi Lumpaaat. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pemasaran. Selain itu juga untuk lebih mengangkat nama Kabupaten Bandung Barat. Sebelumnya, branding kopi menggunakan nama daerah dilakukan daerah lain, diantaranya Kopi Gayo, Toraja dan Kintamani.
Dengan adanya brand Kopi Lumpaaat, produksi kopi di KBB akan memiliki nama lebih besar seperti halnya Kopi Gayo, Toraja dan Kintamani. “Bahkan branding ini lahir atas gagasan para petani kopi yang tergabung dalam APEKI,” kata Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah di Masjid Ash-Shidiq.
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) dan beberapa kepala OPD lainnya, sempat bertemu dengan perwakilan petani kopi yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) KBB di ruang rapat DPKP, Gedung C Lantai 3 Komplek Pusat Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Jumat (14/12).
Baca Juga:Dua Desa Bantu Korban BencanaMemuliakan Guru
Menurutnya, kopi merupakan salah satu aset yang telah menorehkan prestasi luar biasa, baik di tingkat nasional maupun internasional. Pemerintah daerah menyatakan akan hadir untuk memfasilitasi para petani kopi dalsm permodalan dan pemasaran. Sehingga dapat turut menyumbang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) demi kesejahteraan masyarakat.
“Jika brand Kopi Lumpaaat sudah terwujud dan berjalan dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan didirikan sebuah perusahaan daerah yang bergerak di bidang kopi dan dikelola oleh para pakar kopi. Secara teknis akan dibahas lebih lanjut oleh dinas terkait,” ujarnya.
Sementara itu Ketua APEKI KBB, Kurnia Danumiharja menuturkan, gagasan seperti ini sudah mereka impikan sejak 3 tahun lalu. Para petani kopi memimpikan produksi kopi yang dihasilkan dapat membawa nama besar daerah.
“Kami akan mendukung sepenuhnya Kopi Lumpaaat sebagai brand khusus Bandung Barat. Kami akan melakukan konsolidasi lebih lanjut dengan para petani kopi untuk menindak lanjuti gagasan ini,” ucapnya.
Ditinjau dari kualitas Sumber Daya Manusia, Kurnia optimis dapat mengelola dengan baik 350 ton produksi greenbean kopi setiap musimnya. Hanya saja, pihaknya tidak bisa mengcover dalam segi permodalan dan pemasaran, sehingga kehadiran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam memfasilitasi sekitar 1.700 petani kopi Bandung Barat.