Melalui kerja nyata ini, Dewi Sartika membuktikan visinya bagi kaum perempuan dapat diwujudkan. Bahkan, akibat tindakannya, kolonial Belanda pada saat itu sangat memperhitungkan peran Dewi Sartika dalam pendidikan untuk kaum perempuan. Mindere Welvaart Commitie pada tahun 1914 menjadikannya sebagai salah satu narasumber mengenai kesejahteraan kaum perempuan. Dewi Sartika menekankan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Ia memandang sudah saatnya diselenggarakan pendidikan kejuruan untuk perempuan sebagai bekal mereka di dunia kerja. Menurutnya, “Jika kaum perempuan melakukan pekerjaan yang sama banyak dengan lelaki, Ia berhak mendapatkan upah yang sama besar pula dengan kaum lelaki (Stuers, 2017, hlm. 162). Selangkah demi selangkah namun pasti, Dewi Sartika mewujudkan visinya mengenai emansipasi perempuan mulai dari hak berpendidikan, kemandirian ekonomi, hingga memperjuangkan kesetaraan upah perempuan melawan diskriminasi gender dalam pekerjaan di masa colonial.
Dalam rangka hari Ibu ini, penting bagi kita masyarakat Jawa Barat, khususnya kaum Ibu untuk mengingat kembali perjauangan Dewi Sartika. Ia mewujudkan karakter Ibu di masyarakat Sunda yang tidak hanya memberikan kasih sayang pada keluarga namun juga menunjukkan kasih sayangnya lewat perjuangan kemanusiaan. Karakter Ibu yang tidak hanya mewakili istilah “cinta kasih” namun juga “emansipasi”. Dua kata kunci inilah yang diwarisi oleh perjuangan Dewi Sartika inilah karakter Ibu yang sesungguhnya di Jawa Barat.
Jika kita memaknai kedua kata kunci ini, maka kaum Ibu atau kaum perempuan Jawa Barat mampu mewarisi visi dan perjuangan Dewi Sartika ditengah era digital saat ini. Cinta kasih, dapat mewujud dalam keterampilan sosial dengan perhatian, interaksi sosial yang baik dan pertimbangan yang teliti ketika menghadapi perubahan. Sedangkan emansipasi, sebagaimana perjuangan Dewi Sartika, melibatkan kemampuan intelektual kaum perempuan yang mampu mengimbangi perkembangan teknologi digital baik secara keilmuan ataupun secara inovasi ekonomi.
Baca Juga:Jangan Remehkan Pedagang Timbel, Omzet Sehari Bisa Rp2,5 JutaPembangunan Diorama Wisma Karya Hampir Rampung
Maka ungkapan Hari Ibu tahun ini haruslah dimaknai lebih dalam dan lebih luas. Sebagai perjuangan para Ibu berbakti pada keluarganya dengan mendidik generasi penerus bangsa, sekaligus perjuangan perempuan meraih kemandiriannya dengan kesetaraan kesempatan dan melawan diskriminasi dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan merefleksikan perjuangan Dewi Sartika, semangat inilah yang menjadi semangat sejati kaum Ibu di Jawa Barat. (*)