Hasil Tabungan 20 Tahun Hilang Dalam Semalam
Korban keganasan Tsunami Gunung Anak Krakatau tidak hanya menimbulkan korban jiwa. Musibah ini juga melenyapkan nadi ekonomi warga sekitar. Seperti nasib Mapinah, warga sekitar Pantai Carita, Banten ini harus merelakan usaha penginapannya menjadi puing akibat terjangan ombak dari Selat Sunda, Sabtu (22/12) lalu.
KHANIF LUTFI – Serang
Mapinah terlihat sibuk mengais tumpukan sisa-sisa perkakas di bekas penginapannya, Pesisir Pantai Carita, Kabupaten Serang. Piring, gelas, kasur dan beberapa barang lainnya dikumpulkan. Semuanya disatukan. Ada beberapa yang masih utuh, sisanya sudah koyak diterjang ombak.
Wanita 61 tahun ini beberapa kali meneteskan air mata. Ia tidak percaya, penginapan yang dibangun dari hasil tabunganya selama 20 tahun hancur menjadi puing-puing reruntuhan. Mapinah memulai usahanya sejak 1997 lalu. Berawal dari warung makan pinggiran. Keuntungannya dikumpulkan, dibangunnya penginapan sederhana. Mula-mula hanya menggunakan bilik dari bambu. Tapi lama kelamaan dibangunnya dengan bata. Atapnya, menggunakan asbes.
Baca Juga:DruzeKPPN Serahkan DIPA 2019 kepada 59 Satuan Kerja, Total Anggaran Mencapai Rp 3,5 Triliun
Totalnya ada tujuh kamar yang ia sewakan. Ia juga bisa menyicil mobil. Semuanya ia kumpulkan dari berkah laut Pantai Carita. Warung makannya bisa dibilang banyak pelanggan. Banyak sopir truk yang mampir di hari biasa. Di hari libur, omzetnya bisa nambah sampai dua kali lipat. Belum lagi dari penginapannya. Ada saja tamu yang menginap.
Tapi semuanya berubah. Setelah diterjang ombak tsunami, Sabtu (22/12) malam. Penginapannya rusak parah. Warungnya tak berbekas. Mobil kreditannya rusak, bahkan BPKBnya hilang. Harta benda yang dikumpulkan bertahun-tahun ludes hanya dalam sekejap.
Emak ngga percaya. Kemarin seharian cuma menangis. Syok, tidak percaya kalau usaha emak habis, kata wanita yang akrab disapa Pinah sambil mengangkat reruntuhan warungnya.
Di bantu suaminya, Kodri (65) sejumlah perkakas seperti piring, gelas, kasur, televisi, dan beberapa lemari dikumpulkan. Meski sudah tak layak, ia hanya memisahkan miliknya dengan barang orang lain agar tak tercampur.
Ia juga masih ingat, detik-detik saat warung dan penginapannya dihantam ombak. Ia dengan suami dan anak sulungnya sedang duduk di warung. Ada sekira empat orang pengunjung yang duduk. Sambil bersenda gurau, tak dikira, ombak setinggi hampir tiga meter tanpa permisi langsung menghantam warungnya.