JAKARTA-Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta Capres Prabowo Subianto untuk bertaubat pada 2019 dan tidak lagi mengedepankan kebohongan dalam kampanye.
Sebab menurut juru bicara PSI Dedek Prayudi, kualitas pilpres dipertaruhkan dalam sikap para kandidat berkampanye.
“Rakyat berhak untuk tidak dibohongi oleh pak Prabowo. Dalam 2018, setidaknya kami menemukan tiga kebohongan besar yang kami duga sengaja dilakukan karena miskinnya gagasan pembangunan mereka,” ujar Dedek yang juga caleg DPR RI Dapil Jabar IX.
Baca Juga:Mayat Perempuan Muda Ditemukan Membusuk di Kebun KaretDanone-AQUA Inovatif Kembangkan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Dedek, kebohongan besar yang dihembuskan yaitu kemiskinan meningkat 50 persen. Pada bulan Juli, Pak Prabowo mengatakan bahwa kemiskinan meningkat 50 persen dalam lima tahun terakhir.
“Padahal data BPS menunjukkan bahwa kemiskinan terus menurun, bahkan menyentuh level dibawah 10 persen pada tahun 2018. Data Bank Dunia juga memperlihatkan bahwa kemiskinan yang diukur dengan standard pendapatan USD 1,9 menurun secara konstan hingga menyentuh 5,7 persen,” katanya.
Kemudian kata Dedek, Prabowo pernah menyubutkan bahwa 99 persen orang Indonesia hidup pas-pasan pada Oktober lalu.
“Beliau mengaku mengambil data dari Bank Dunia. Faktanya, data Bank Dunia mengungkapkan bahwa kelas menengah di Indonesia pada 2017 berjumlah 53 juta orang. Definisi kelas menengah bagi Bank Dunia adalah mereka berpenghasilan USD 10-50 per hari,” jelasnya.
Kemudian Dedek juga menyoroti pernyataan bahwa LRT Indonesia mahal karena mark-up yang diungkapkan pada Juni lalu.
“Pak Prabowo mengatakan bahwa proyek MRT dan LRT di Indonesia termasuk yang termahal, terutama karena di markup. Faktanya, LRT Jabodetabek maupun Palembang termasuk yang paling murah dibandingkan negara lain, bahkan di Palembang nomor dua terendah,” pungkasnya.(bbs/man)