Ujang menuturkan, sejatinya Pilpres harus menjadi pesta demokrasi yang menyenangkan dan membahagiakan. Apalagi rakyat Indonesia sudah berpengalaman sejak reformasi 1998 karena sudah melaksanakan Pilpres secara langsung di tahun 2004, 2009, dan 2014 dan semuanya berlangsung dengan aman dan damai.
Jadi saya yakin Pilpres 2019 juga akan aman. Dan yang paling penting Pilpres harus berjalan dengan jujur dan adil. Sehingga siapapun yang menang nanti maka yang kalah akan legowo,” jelasnya.
Menurutnya, kegaduhan politik 2018 harus menjadi evaluasi bersama. Kampanye yang saling menjatuhkan antar kandidat harus segera ditutup di penghujung tahun 2018.
Baca Juga:Waspada! BMKG Rilis 14 Daerah Potensi Angin Kencang, Termasuk SubangHari Agung, Terdakwa Penipuan Giro Dituntut Tiga Tahun Penjara
Oleh karenanya, komitmen untuk melakukan kampanye damai yang disepakati 23 September 2018 harus direalisasikan dan diaplikasikan. Selain itu tutup juga segala bentuk politik yang menghalalkan segala cara. “Awal 2019 adalah awal yang baru bagi perpolitikan nusantara,” ujar Ujang.
Tahun 2019 yang merupakan tahun politik, sambung Ujang, harus diisi dengan kampanye-kampanye yang kreatif, inovatif, dan substantif atas kebutuhan rakyat. Lakukan kampanye yang mengedepankan ide dan gagasan dengan menawarkan visi terbaik ke depan untuk kemajuan Indonesia. Harus didukung kampanye dengan misi yang penuh harapan dan optimisme kemajuan Indonesia.
Direktur Indonesia Politican Review (IPR) ini juga meminta kampanye para capres – cawapres yang bisa mencerahkan rakyat. “Oleh karenanya rakyat harus dicerdaskan dengan kampanye-kampanye yang penuh dengan ketinggian budi dan intelektual. Saat menjadi presiden dan wakil presiden juga harus merealisasikan program-program terbaik untuk rakyat. Agar rakyat sejahtera tanpa kekurangan apapun,” tandasnya. (frs/fin)