Ketiga, kurangnya wawasan dan pengetahuan petani terkait pola tanam secara tepat sesuai dengan kondisi lahan mereka. Sebagian petani masih menjalankan pola – pola tradisional dalam menggarap lahan mereka tanpa melakukan inovasi untuk meningkatkan hasil produksinya. Hal ini setidaknya terlihat dari cara mereka dalam proses pemberian pupuk atau obat lainnya untuk mencegah datangnya hama. Para petani acap kali tidak memperhatikan kondisi tanah mereka saat hendak memberikan pupuk serta obat pembasmi hama. Sebagian dari mereka menggunakan takaran yang dilakukan oleh para petani di daerah lainnya, bukan didasarkan pada kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisi tanahnya. Hal ini tentunya berakibat pada tingginya resiko gagal panen serta hasil panen yang kurang menggembirakan.
Keempat, harga jual gabah yang cenderung kurang manusiawi. Panjangnya rantai distribusi menjadi persoalan lain yang juga harus dihadapi oleh para petani. Hal tersebut berakibat pada minimnya keuntungan yang dimiliki oleh para petani pada masa panen. Harga gabah yang ditetapkan oleh BULOG sering kali lebih rendah dari harga yang diharapkan oleh para petani.
Berbagai persoalan di atas hendaknya segera diselesaikan oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat maupun daerah. Menjamin ketersediaan pupuk perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan usaha para petani. Selain itu menyediakan dan merawat infrastruktur penunjang seperti irigasi juga perlu dilakukan. Adapun memberikan penyuluhan kepada para petani sebaiknya menjadi salah satu program prioritas pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil produksi pangan nasional. Dan tak kalah pentingnya adalah menghargai hasil jerih payah para petani kita dengan cara membeli hasil panen mereka dengan harga yang pantas. (*)