CIREBON-Limbah koran tidak hanya bermuara sebagai bungkus nasi goreng ataupun bungkus makanan saja. Di tangan kreatif dan punya jiwa seni, koran bisa bernilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Adalah Sahroni, pria 27 tahun asal Desa Babakan Gebang yang kini merangkul anak muda di daerahnya untuk ikut aktif memanfaatkan limbah Koran. Mereka menyulapnya menjadi bentuk-bentuk replika bangunan maupun kendaraan atau yang biasa disebut miniatur.
Dikatakan Sahroni, sudah banyak miniatur yang ia buat. Beberapa di antaranya saat ini dipajang di salah satu galeri di Kota Cirebon. Beberapa lainnya sudah berpindah tangan kepada peminat karena melihat nilai seninya. “Tidak sulit untuk membuat karya ini. Yang paling utama adalah ketekunan dan niat. Untuk buat satu bangunan atau satu miniatur, waktunya beragam tergantung tingkat kesulitan. Semakin kecil biasanya semakin sulit karena detailnya harus pas,” ujarnya kepada Radar Cirebon.
Paling banyak, menurut pria yang akrab disapa Ibe ini, adalah pesanan miniatur kereta paksi naga lima yang membuatnya kewalahan memenuhi permintaan pemesan. “Ada yang siap beli 100 pcs, tapi saya kesulitan buatnya. Bukan karena masalah bahan baku, tapi karena perajinnya masih tunggal saya sendiri,” imbuhnya.
Baca Juga:Telur dan Ayam Masih Mahal, Tahun Baru Sudah Lewat tapi Harga Belum StabilSuryaman: PPK Harus Kerja Ekstra
Oleh karena itu, rencananya dia akan menggandeng Karang Taruna desa setempat untuk menggelar pelatihan dan pembelajaran. Agar pemuda setempat punya keahlian membuat miniatur dari koran bekas. Kemudian bersama-sama menciptakan pasar barang antic dari limbah koran. “Saya yakin bahan baku kertas koran ini mudah didapat. Sehingga untuk bahan baku kita tidak bakal kesulitan. Tinggal SDM-nya kita tambah dan kita siap produksi secara masal,” jelasnya.
Untuk harga sendiri, menurut Roni, miniatur tersebut cukup sesuai dengan tingkat kesulitannya. Sehingga, harga yang dikeluarkan pembeli akan sesuai dengan nilai miniatur yang diperoleh. “Harganya per pcs itu sekitar Rp400 ribu, tergantung ukuran dengan tingkat kesulitan. Semakin sulit tentu akan semakin mahal,” bebernya. (dri)