KALIJATI–Para pedagang di pasar tradisional Kalijati Subang mengeluhkan harga-harga bahan pokok seperti telur dan daging ayam belum juga stabil. Hal demikian diungkapkan pedagang, Doni.
“Masih juga belum stabil harganya, telur kemarin sempat naik tinggi sekarang mulai turun meski cuma seribu rupiah turunnya,” jelas Doni kepada Pasundan Ekspres, kemarin (02/01).
Doni juga menambahkan bahwa kebiasaan kenaikan harga ini merupakan siklus tahunan menjelang natal dan tahun baru. Namun biasanya setelah memasuki tahun baru, harga sudah mulai kembali normal. Kali ini menurutnya berbeda, meski telah melewati masa liburan natal dan tahun baru, harga-harga masih tidak kunjung stabil.
Baca Juga:Suryaman: PPK Harus Kerja EkstraTim Jokowi: 60 Persen Suara Subang Sudah Aman
“Kenaikan harga ini kan sudah sejak 10 hari menjelang tahun baru, namun biasanya setelah tahun baru sudah kembali normal, stabil. Tapi ini sudah memasuki hari kedua di tahun yang baru belum juga stabil harga-harga ini,” tambah Doni.
Hal senada juga diungkapkan seorang pedagang daging ayam, Andri. Dirinya merasa peminat masyarakat pada daging ayam mengalami penurunan. Menurut Andri penurunan pada pembeli daging ayam ini lantaran harganya yang masih tinggi, sekitar Rp45 ribu/kilogram.
“Pembeli masih ada, cuma berkurang, yang tadinya beli sekilo, jadi cuma setengah. Kecuali mereka yang sudah langganan, seperti pemilik warung nasi, atau rumah makan nasi padang, masih belanja tetap,” ujar Andri.
Andri juga menambahkan, kenaikan harga saat ini yang sangat signifikan pada harga tepung terigu. Menurutnya harga pada tepung terigu mencapai kenaikan hingga Rp3.000, belum diketahui apa penyebab dari kenaikan harga tepung terigu tersebut.
“Yang baru naik tadi pagi itu tepung terigu, sampai Rp3.000 kenaikannya dari harga sekarung Rp122 ribu, tadi sudah sampai Rp125 ribu,” tambah Andri.
Sementara seorang pembeli, Samiri mengungkapkan terpakasa dirinya tetap berbelanja meski harga-harga melonjak dan belum stabil. Selain untuk keperluan makan keluarga di rumah, juga untuk kepentingan dagang di warung nasi miliknya.
“Tetap aja belanja mah, kan perlu. Untuk makan suami dan anak-anak di rumah. Juga untuk di warung, dagangan. Paling porsinya aja yang kita atur, karena kalau ikut-ikutan dinaikin harganya nanti pelanggan saya bisa-bisa pada protes,” tukasnya.(idr/man)