Tapi Paus memberkati tempat ini. Bahkan beberapa Paus sudah berkunjung ke sini.
Menurut yang dipercaya Ortodoks, kisahnya sangat nyata. Perawan Maria dibawa ke sini oleh Johannes. Alias John. Pengikut utama Jesus. Yang saat Jesus disalib sempat titip ibunya. Agar John menjaga dan mendampinginya.
Oleh John Maria dibawa jauh ke utara. Ke Ephesus itu. Lalu tinggal di puncak bukit itu. Sampai akhir masanya di dunia.
Semua orang boleh masuk rumah itu. Yang sudah direnovasi. Tanpa mengubah bentuknya.
Baca Juga:Anggaran Dikurangi Jaminan Kesehatan Purwakarta Istimewa Tetap BergulirPolisi Segel Penjual Miras
Sayang tidak boleh memotret di dalamnya. Orang pada sembahyang di depan patung Bunda Maria. Lalu mengambil lilin kecil. Sambil meninggalkan uang serelanya. Lilin itu dibawa ke luar rumah. Untuk dinyalakan. Lalu ditancapkan di tempat yang disediakan. Bersama puluh lilin lainnya.
Gereja Ortodoks percaya: di situlah John menulis Kitab Injil.
Rasanya John sendiri menjelaskan lain. Ia menulis Injil di satu pulau di Yunani.
Di sebelah rumah ini ada jalan menurun. Ada toko souvenir kecil. Di sebelahnya ada pintu besi. Saya dorong pintu besi itu. Saya lihat ada bangunan agak besar. Beberapa orang keluar dari pintu bangunan itu.
“Apakah ini hotel?” tanya saya.
“Ini gereja Katholik,” jawab si Irlandia.
Saya pun mendorong pintu depan gereja itu. Beberapa orang masih asyik bicara. Sambil melingkari sosok yang diajak bicara: pastor.
Saya ikut menyalami sang Pastor. Memperkenalkan diri dari Indonesia. Tanpa menyebut nama. Lalu mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya membuat saya sendiri malu. Terlalu pertanyaan wartawan.
“Apakah di rumah itu juga makam Perawan Maria?” tanya saya.
Sang Pastor tidak segera menjawab. Saya segera merasa malu.
Baca Juga:Lepas 412 Siswa Ikuti PKL, Implementasikan Pelajaran di SekolahPTUN Menolak Gugatan, SK Menteri KLHK No. 147 Sah Secara Hukum
Lalu minta maaf. Seperti orang baru sadar. Bahwa Maria dipercaya ikut muksa. Bersama jasadnya. Seperti juga putranya.
“Sebagai orang Katholik rupanya Anda lupa…”, ujar sang Pastor. Mengira saya pasti Katholik. Kok mau datang ke dalam gereja itu.
“Ya ya ya… Saya lupa… Perawan Maria ke sana bersama jasad,” kata saya menyelesaikan kalimat Pastor yang terpotong itu.