Saya pun masuk. Bicara-bicara dengan beberapa orang. Mengaku asli Turki. Tentang kebaktian hari itu.
Lalu seorang wanita datang. Berwajah Tionghoa. Menyapa saya dalam bahasa Indonesia.
“Dari Malaysia?” tanyanya.
“Indonesia,” jawab saya.
“Oh… Saya dari Malaysia,” katanya.
Baca Juga:Anggaran Dikurangi Jaminan Kesehatan Purwakarta Istimewa Tetap BergulirPolisi Segel Penjual Miras
Dia mengabdi di gereja itu. Sejak sebulan lalu. Belum tahu akan sampai kapan.
Di dalam ruang ini tidak seperti gereja. Hanya seperti ruang pertemuan umum.
Bukan main gereja kecil ini. Pengaruhnya begitu besar.(dahlan iskan)