KARAWANG– Anjloknya harga rajungan di Karawang berdampak terhadap ribuan nelayan menganggur. Mereka enggan melaut dengan alasan harga rajungan yang tak sebanding dengan biaya perbekalan melaut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Karawang, Sahari mengatakan, anjloknya harga rajungan sudah terjadi dalam dua bulan terakhir. Dari harga rajungan Rp100 ribu perkilogram menjadi Rp35 ribu perkilogram.
Kondisi itu pun menyebabkan ribuan nelayan rajungan lebih memilih untuk menyandarkan perahunya di dermaga, dibandingkan harus melaut.
Baca Juga:Gantikan Suliono, Taufiq Jabat Komandan Wing 8Pengurus PKK Desa se-Kalijati Resmi Dilantik
“Karena setiap kali melaut, mereka ini selalu merugi. Total nelayan rajungan di Karawang ini mencapai 1.500 orang. Saat ini mereka lebih memilih banting stir, sebagian jadi kuli bangunan,” ungkap Sahari, Rabu (9/1).
Sahari mengungkapkan setiap kali melaut mereka membutuhkan perbekalan hingga Rp30 juta. Karena jarak dan waktu melaut yang panjang hingga 15 hari ditengah laut.
“Setiap melaut membutuhkan biaya sekitar Rp30 juta. Dengan tangkapan 5 kwintal rajungan. Tetapi harganya hanya Rp35 ribu perkilogram. Kalau dihitung rugi mereka hanya bisa menghasilkan uang sebesar Rp17 juta. Jika harga jualnya Rp100 ribu. Para nelayan masih memiliki keuntungan kotor Rp50 juta,” katanya.
Ia mengatakan anjloknya harga rajungan disebabkan karena kualitas rajungan dan tidak adanya pembinaan dari para pengusaha yang menampung rajungan kepada nelayan.
“Seharusnya ada pembinaan dari para pengusaha penampung rajungan ini kepada nelayan. Bagaimana agar rajungan hasil tangkapan ini tetap memiliki kualitas. Karena alasan jika di ekspor, rajungan di Karawang ini memiliki kualitas rendah,” terangnya.(aef/din)