Untuk memperbaiki hal itu, dimunculkan kompetisi baru dengan Liga Indonesia yang menggabungkan perserikatan dengan Galatama dan mengizinkan pemain-pemain asing untuk berlaga di Indonesia. Ini pun tidak berhasil meningkatkan prestasi. Malah ada pengaturan skor, dan membunuh diri sendiri dengan memasukkan gol ke gawang sendiri. Dan kini, setelah Persija berhasil menjadi juara, tetap muncul lagi isu suap. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa kita di Indonesia tidak mampu belajar dari masa lalu untuk memperbaik kualitas diri kita, khususnya sepak bola Indonesia.
Suap mempunyai tujuan untuk memengaruhi sikap lawan. Dalam sepak bola, tujuan itu lebih banyak melemahkan seperti bermain seri atau mengalah. Tujuannya adalah agar pertandingan tersebut dapat ditafsirkan hasil akhirnya. Jika hasil akhir ini telah dapat diduga, maka secara mudah akan dapat dipakai toh-tohan yang tidak lain adalah judi.
Dengan judi yang sudah dapat diketahui hasilnya (karena suap), maka untuk “memasarkan” judi tersebut menjadi lebih gampang, lebih leluasa, dan lebih laris.
Dengan menyebutkan “kode” atau gambar tertentu, maka pemasaran judi tersebut kepada masyarakat akan menjadi lebih gampang. Keuntungan pun menjadi gampang diraih.
Baca Juga:Patimban Ditarget Desember RampungSMP/MTs Al-Muhajirin Observasi ke Gedung DPR
Sifat seperti ini adalah gaya ngompas orang-orang kita untuk mencari kekayaan. Lebih mudah untuk mendapat uang tanpa harus bekerja keras, mendapatkan uang secara gampangan. Gaya seperti ini sesungguhnya boleh dikatakan banyak terjadi di Indonesia.
Tidak hanya sepak bola yang dijadikan alat untuk ngompas kekayaan melalui judi tetapi korupsi dengan berbagai modusnya, juga merupakan cara ngompas untuk menjadi kaya. Menjual buah-buahan dengan menyemprot yang mentah merupakan jalan pintas agar cepat masak (tentu saja ini berbahaya bagi kesehatan), menjual daging ayam tiren jelas merugikan kesehatan.
Demikian juga contoh-contoh lain yang banyak termasuk juga jual gorengan dengan minyak yang sudah berwarna hitam. Cara-cara ngompas seperti ini tidak akan pernah memberikan kesempatan pada otak untuk berpikir positif. Padahal untuk kemajuan sosial, justru diperlukan pikiran-pikiran positif.
Membangun kesejahteraan negara dimulai dengan pikiran positif dan pikiran positif itu dimulai dari tindakan kecil yang bersifat kejujuran dan itu juga dimulai dari komponen paling bawah, yaitu diri sendiri. Suap dalam sepak bola adalah pengembangan pikiran negatif mulai dari komponen paling bawah sampai paling atas. Sepak bola disukai oleh berbagai kalangan sehingga pemikiran negatif dalam sepak bola juga diikuti oleh berbagai kalangan.