Pulang ke Jerman Daniel sekolah lagi. Kalau masternya di bidang matematika, ia mengambil gelar doktor di bidang ekonomi.
Lalu bekerja di pusat BMW di Munchen. Karirnya naik terus.
Sampai menjadi pimpinan BMW di Tiongkok. Dengan jabatan terakhir wakil presiden BMW.
Keahlian khususnya adalah marketing. Analisis data. Ekonomi regional. Dan segala pasar yang tipikal Tiongkok.
Baca Juga:Istri Meninggal di Kontrakan, Suami MenghilangInsan Pers Mitra-Polres Deklarasi Dukungan Antihoaks
Sebelum ikut mendirikan Byton Daniel sempat bekerja untuk Infinity. Nissan. Di Tiongkok juga.
Pemda kota Nanjing berada penuh di balik Byton. Juga puluhan investor lain. Termasuk Robert Bosch dari Jerman, Faurecia dari Perancis, raksasa otomotif FAW dari Tiongkok, Suning Holding, Harmony New Energy dan banyak lagi. Ada juga partner Aurora. Khusus untuk mobil tanpa kemudi.
Daniel memang penuh energi. Ia masih sempat nulis dua buku. Dan artikel-artikel di koran. Terutama tentang pertandingan basket.
Akhir tahun ini Byton sudah bisa berproduksi 200.000 pertahun. Minggu depan menbuka show room di Shanghai.
Mobil listrik Tiongkok sekarang pun sudah yang terbesar di dunia. Apalagi tahun depan. Atau tahun berikutnya lagi.
Kapan-kapan saya akan tulis juga: bagaimana pemerintah melindungi mobil listrik dalam negerinya. Terutama yang kelas lebih murah.
Tesla menjadi seperti panik. Yang awalnya seperti agak ragu masuk Tiongkok.
Baca Juga:Pemkab Purwakarta Dorong Pelayanan Berbasis AplikasiMahasiswa UIN Palembang Apresiasi Disiplin Siswa
Lalu cepat ambil putusan. Minggu lalu baru ground breaking pabriknya di Shanghai. Akhir tahun ini sudah dijanjikan masuk pasar. Seperti sulapan.
Bikin pabrik mobil listrik memang tidak sesulit mobil bensin. Apalagi di Tiongkok.
Apa pun kerja SSW ini gila-gilaan. Membangun pabrik mobil raksasa hanya dalam waktu 12 bulan! (*)