Dari pemaparan di atas, penulis berpandangan bahwa visi misi yang dibangun oleh pasangan nomor urut 01 tidak realistis dan terbukti gagal di lapangan. Kenyataan menunjukkan, import pangan seperti beras dan jangung dalam jumlah yang cukup tinggi menjadi indikator bahwa pasangan petahana telah gagal memanfaatkan peluang yang diberikan kepada mereka. Adapun Kartu Tani yang selama ini diharapkan mampu membantu para petani nyatanya tidak dapat diharapkan kebermanfaatannya. Di banyak daerah, Kartu Tani justru tidak bisa digunakan karena dana yang dijanjikan untuk masuk ke rekening tak kunjung cair. Selain itu banyak juga para petani yang terjerat oleh para rentenir sehingga kehidupan mereka tetap sulit sekalipun berperan sebagai pemilik lahan.
Sebaliknya, penulis memandang visi misi yang dibangun oleh pasangan penantang lebih realistis dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sebagai negara dengan jumlah penduduk 280 juta jiwa, sudah saatnya kita berdiri di atas kaki sendiri. Tingginya jumlah import pangan membengkaknya utang negara serta sejatinya merupakan ancaman bagi kedaulatan bangsa ini. Selain itu regenerasi petani hanya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan para petani. Meningkatkan harga beli gabah dari petani serta melakukan berbagai inovasi di bidang pertanian merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Adapun membuka akses permodalan secara tidak langsung akan membantu para petani dari jeratan para tengkulak maupun rentenir. Di samping itu revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun menjadi sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kualitas SDM di negeri ini. (*)