BANDUNG BARAT– Sejumlah Sekolah yang berdiri di jalur Sesar Lembang, mendukung langkah pemerintah yang akan menerapkan kurikulum tanggap bencana.
Rencananya, kurikulum tersebut akan diterapkan di semua tingkatan sekolah, mulai dari TK, SD, hingga sekolah menengah. Kurikulum tersebut diterapkan mengingat Jabar merupakan salah satu provinsi yang rawan dilanda bencana.
Wakasek Bidang Humas dan Hubungan Industri SMK 45 Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Enceng mengakui, pihaknya belum menerima sosialisasi terkait penerapan kurikulum bencana ini. Namun, pada dasarnya pihaknya menyambut baik rencana tersebut.
Baca Juga:Menakar Visi Misi Capres di Bidang PertanianPutar Arah Diseruduk Truck, Mobil Box Terjun Ke Kali
“Kami belum tahu, apakah akan dimasukan dalam ekstrakulikuler atau satu mata pelajaran tertentu. Tetapi, di SMK biasanya dimasukan dalam satu mata pelajaran khusus yang berkaitan dengan alam,” kata Enceng, Minggu (13/1).
Pihaknya sudah memahami jika Lembang merupakan wilayah yang memiliki potensi ancaman bencana yang tinggi karena terdapat patahan atau sesar Lembang ditambah dengan adanya gunung aktif Tangkuban Parahu. Sehingga kurikulum bencana sangat penting untuk diketahui siswanya.
“Dulu, 10 tahun ke belakang yang namanya tsunami itu kita mungkin masih belum tahu. Tapi sekarang kan, setelah ramai diberitakan, kita menjadi tahu kalau rumah di pinggir pantai itu kurang aman,” ungkapnya.
Langkah pencegahan supaya terhindar bencana, terang dia, pihak sekolah selalu memperingatkan siswanya agar berhati-hati ketika berangkat dan pulang sekolah. “Sebetulnya, sebelum ada rencana kurikulum ini, kita sudah meminta guru dan wali kelas mewanti-wanti anak didiknya, karena wilayah kita rawan bencana alam, seperti badai, pohon tumbang, longsor termasuk gempa bumi,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD, Duddy Prabowo menerangkan, Bandung Barat merupakan wilayah dengan indeks risiko bencana yang tinggi, mulai dari gempa bumi, kekeringan, longsor, kebakaran lahan serta gunung berapi.
“Kami melakukan upaya agar masyarakat mengerti potensi bencana di sekitarnya. Kemudian ada kesadaran dari masyarakat, kira-kira ketika terjadi bencana, dia bisa berbuat apa,” tuturnya.
Khusus untuk siaga bencana di sekolah, Duddy mengatakan, sejak tiga tahun lalu BPBD telah melaksanakan program sekolah siaga bencana. Pihaknya telah menginventarisir bahwa ada sekitar 93 sekolah yang berada di zona Patahan Lembang.